SUMEDANG EKPRES – Siapa nih belum tau banyak istimewanya kota Cirebon. Penasaran? Simak Guys…
Cirebon, sebuah kota yang sarat sejarah, kembali menorehkan babak baru dalam memadukan tradisi dan kemajuan zaman. Perpaduan unik ini terwujud di salah satu simpul transportasi terpentingnya: Stasiun Cirebon.
Bukan sekadar gerbang kedatangan dan keberangkatan, stasiun ini kini bertransformasi menjadi panggung megah yang mempertemukan arsitektur kolonial dengan kekayaan budaya lokal, ditandai dengan bersandingnya nama ikonik Batik Trusmi.
Baca Juga:Batik Trusmi di Jantung Kota Udang: Mengintip Keunikan Stasiun CirebonStasiun Cirebon: Gerbang Utama Menuju Sentra Batik Trusmi yang Legendaris
Stasiun Cirebon, yang juga dikenal sebagai Stasiun Kejaksan, adalah mahakarya arsitektur bergaya Art Deco peninggalan era Belanda. Dinding kokoh, garis-garis tegas, dan ornamen khas Eropa menjadi saksi bisu denyut nadi transportasi di Pesisir Utara Jawa sejak puluhan tahun lalu.
Di sinilah letak keunikan pertama: sebuah bangunan cagar budaya yang terawat apik, kini harus berinteraksi dengan kecepatan dan mobilitas modern.
Kereta cepat melintas, teknologi tiket digital menggantikan loket kuno, tetapi jiwa stasiun tetaplah sama sebuah perhentian yang penuh cerita.
Ketika Mega Mendung Menyambut Penumpang
Transformasi paling mencolok terjadi ketika warisan budaya Cirebon yang paling terkenal, Batik Trusmi, ikut ‘bersemayam’ di jantung stasiun.
Batik Trusmi, yang berpusat di Desa Trusmi, Kabupaten Cirebon, bukan hanya sekadar kain, melainkan kitab visual yang kaya filosofi. Motif andalannya, Mega Mendung, dengan pola awan bergulung yang khas, melambangkan kesabaran dan ketenangan jiwa yang harus dimiliki manusia
Corak ini, yang juga mendapat pengaruh kental dari budaya Tionghoa, menegaskan identitas Cirebon sebagai kota Caruban (campuran), tempat bertemunya berbagai budaya.
Dengan hadirnya Batik Trusmi di lingkungan stasiun, setiap penumpang yang menginjakkan kaki seolah disambut oleh narasi budaya:
Baca Juga:Inspirasi Muda: Profil Dony Ahmad Munir, Politisi yang Membangun Karier Sejak DPRD dan Meraih Gelar DoktorDari Keluarga Ulama hingga Pemimpin Daerah: Menelusuri Jejak Spiritual dan Pendidikan Dony Ahmad Munir
Penyambutan Budaya: Nama dan ornamen batik menjadi sambutan hangat pertama, memperkenalkan warisan lokal secara instan kepada wisatawan domestik maupun mancanegara.
Galeri Bergerak: Stasiun berubah fungsi menjadi galeri promosi raksasa, mendorong penumpang untuk segera berburu kerajinan asli Cirebon di sentra Batik Trusmi yang tidak jauh dari pusat kota.
Harmoni Bisnis, Budaya, dan Aspirasi Publik
Meskipun inisiatif penyandingan nama stasiun dengan merek lokal sempat memicu perdebatan di kalangan budayawan dan sejarawan terkait pelestarian cagar budaya, polemik ini justru menyoroti pentingnya dialog antara kepentingan bisnis (melalui program naming rights KAI) dan pelestarian identitas historis sebuah kota. Terlepas dari dinamika tersebut, kesamaan semangat antara Stasiun Cirebon dan Batik Trusmi sangatlah jelas: