SEPERTI halnya tutup buku akhir tahun kas perusahaan, tutup buku menunjukkan keuntungan yang diperoleh dalam satu tahun kalender kerja. Sebab dibisnis, haram hukumnya ada kata “rugi” diahir tahun tutup buku. Profit adalah kata sakti yang harus dijambret disetiap tetesan modal yang dikeluarkan.
Dan untuk meraih profit, korporasi selalu melakukan proyeksi target yang akan dicapai di tahun berikutnya. Pelbagai rumus annual planning dikuyah-kunyah, agar target realistis dan bisa dicapai. Bertumpuk strategi disiapkan, untuk memastikan capaian bisa digapai. Tujuannya profit melejit. Dan diantara semua itu, ada refleksi atas apa yang terjadi ditahun sebelumnya. Untuk dipelajari dan dipertimbangkan.
Tapi entahlah dengan kami. Apalagi kami ini kaum pinggiran, yang bertarung untuk hidup dari hari ke hari, tak kenal istilah strategic planning, annual planning dan segala macam istilah prediksi untuk tahun depan. Bagi kami, bisa bertahan ditengah krisis moral dan rapuhnya etika masyarakat serta penyelenggara negara saja, sudah sangat bersyukur.
Baca Juga:Malam Tahun Baru 2026 di Sumedang Tanpa Kembang Api, Polres Tegaskan Larangan PetasanPisang Geprek dan Sticky Milk di Sumedang, Camilan Unik yang Bikin Nagih
Lirik saja, kebijakan ekonomi berbasis pengelolaan sumber daya alam dan proyek infrastruktur, hampir seluruhnya sudah tersandera dan diijonkan kepada oligarkhi. Praktik perselingkuhan ini, hampir terjadi di semua tingkatan pengambil kebijakan. Dari daerah hingga pusat. Semua terjerat oligarkhi. Hasilnya adalah bencana ekologi di Sumatera, penangkapan pejabat akibat korupsi, menjadi kado pahit penutup ahir tahun 2025.
Jika bukan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat yang dijadikan tujuan, titipan kepentingan para oligarkhi -dalam dan luar negeri, akan menyeruak untuk dipanuti. Semua patuh, tunduk pada kehendak oligarkh yang menguasai penguasa. Memanfaatkan kerapuhan etika dan moral para penyelenggara negara. Mereka tersandera, terhanyut keserakahan dan mekarnya laku hedonism.
Akibatnya, kesejahteraan rakyat dilupakan. Kemakmuran penguasa, kroninya dan pemodal diutamakan. Rakyat hanya dapat hutan gundul, rusak dan galado -banjir bandang, yang meluluh lantakan semua sendi kehidupan. Juga masa depan dan peradaban.
Semoga moral kita tak ikut terbawa hanyut galado. Sebab hanya itu yang dimiliki rakyat banyak, moral citizenship. Menjaga kegelisahan rakyat banyak untuk tetap waras menjaga dan berjuang mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial. Kegelisahan akan kondisi yang timpang dan tak adil. Hasrat untuk membongkar keserakahan dalam kebijakan yang pincang-berat sebelah, tak peduli rakyat banyak.
