SUMEDANGEKSPRES.COM – Memasuki bulan ke tujuh pasca musibah bencana longsor di Kampung Bojong Kondang Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung hingga kini belum jelas kapan ada relokasi.
Salah seorang warga Desa Cihanjuang bernama Ade, 46, menjadi korban terdampak longsor yang terjadi pada 9 Juli 2021 lalu.
“Rumah tinggal saya sebenarnya tidak terkena longsor tetapi sangat dekat dengan lokasi bencana. Untuk mengangkut korban longsor mengharuskan rumah serta warung harus dirobohkan agar alat berat beco bisa masuk lokasi longsor,” kata Ade kepada Sumeks di lokasi longsor, belum lama ini.
Baca Juga:Sarana Sepakbola Harus Maksimal Sampai Tingkat DesaImbalan Tak Jadi Ukuran, Jajang Utamakan Kemanusiaan
Hal itu disebabkan karena pada saat proses pencarian korban yang tertimbun material tanah perlu menggunakan alat berat. Maka, kediaman Ade terpaksa dirobohkan guna membuka akses jalan yang minim.
“Jadi rumah ibu hancur bukan kena musibah longsor tapi sengaja di bongkar sama beco. Ibu maunya usaha lagi buat warung. Mudah-mudahan pak Sekda (Sekretaris Daerah), bapak Bupati (Sumedang) ada (rasa) iba ke ibu,” kata Ade.
Ade mengaku, untuk kebutuhan pangan sehari-hari, dirinya tidak kekurangan. Bahkan pihak Pemerintah Daerah memberi pasokan beras, namun untuk keperluan lainnya tidak ada.
“Namanya manusia hidup, gimana caranya untuk hidup. Memang mau direlokasi sama pemerintah, tapi gak tau kapan,” ujar Ade.
Dalam pemaparannya, Ade menceritakan kronologi peristiwa naas yang terjadi pada 9 Januari 2021 lalu.
“Susulan (longsor) yang kedua jam 18.45 malam, mau isya aja. Ibu lagi di warung, banyak yang jajan. Dikira ada mobil yang turun ke bawah, karena ‘duar’ suaranya tapi banyak yang menjerit,” jelasnya.
Saat itu, kata dia, petugas Basarnas saat kejadian longsor kedua menyuruh selamatkan diri. “Ibu kaget mau nutup dulu warung. Ibu nyelamatkan diri ke masjid Al Jami,” tandasnya.
Baca Juga:Lurah Talun: Tidak Ada Dana Pemakaman Dari Refocusing BTTBeuki Diteken Beuki Naek (Gunem Catur)
Sekiranya selama dua malam Ade mengungsi bersama warga yang lain, di hari ketiga pasca longsor ia didatangi petugas.
“Ada petugas datang ke pengungsian ibu di Cicabe. Kata petugas karena mengambil mayat susah, ibu harus rela rumahnya dibongkar sama warungnya demi kemanusiaan. Masalahnya mayat susah dibawa oleh Beko,” imbuh Ade.