Menurutnya, pandemi telah memberikan tekanan bagi UMKM. Namun, disisi lain tidak sedikit terbuka peluang, seperti peningkatan penggunaan e-commerce yang mencapai 300%, kenaikan konsumsi streaming 8,9%, peningkatan layanan logistik 30%, dan layanan pesan antar makanan naik 15%.
“Selain ada yang terpuruk namun terdapat juga yang meningkat dengan memaksimalkan digitalisasi,” ucapnya.
Ditempat yang sama, Ketua Panitia LCS Dadan Soekardan mengatakan, pandemi Covid 19 yang menimpa Indonesia sejak Februari 2020 lalu telah melemahkan dan bahkan mematikan usaha para pelaku UMKM, khususnya di wilayah Jawa Barat.
Baca Juga:Atlet Arung Jeram Ikuti Kualifikasi PorprovDosen Business Law BINUS, Reza Zaki, Terpilih menjadi Ketua Dewan Penasihat Permahi 2021-2023
Menurutnya, kurangnya pengetahuan mengenai teknis pemasaran dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi menyebabkan performa usaha terjun bebas, khususnya saat kebijakan PPKM diterapkan.
“UMKM juga belum memahami manfaat kehadiran platform-platform marketing digital yang jumlahnya makin hari makin berkembang,” hematnya.
Padahal, sambung dia, banyak di antara pelaku UMKM tersebut yang sebenarnya telah memiliki akun-akun media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Tik-tok, namun akun tersebut lebih sering digunakan untuk media pertemanan.
“Mereka baru memanfaatkan platform-platform tersebut hanya untuk berbelanja, tanpa memahami bahwa sebenarnya platform-platform tersebut juga dapat membantu menjadikan produk dan jasa yang mereka hasilkan tidak hanya di jual di pasar local, akan tetapi juga dapat di jual di pasar regional, bahkan pasar global,” sambungnya.
Ia pun menyampaikan, UMKM belum memahami dampak besar dari menawarkan produk dan jasa yang dihasilkan melalui media-media sosial sangat berdampak besar terhadap kemajuan usaha mereka.
“Kegiatan ini diharapkan mampu membuka wawasan UMKM,” pungkasnya. (WIN)