Dijawablah oleh semua pekerja,
“Duh Kanjeng Pangeran, bukan kami tidak mau bekerja sungguh sungguh tetapi kami kelelahan dan kehausan, mencari air kemana mana tidak didapat, silahkan kanjeng lihat sendiri, sungai, selokan dan sawah sawah kering semua, hendak ke pemukiman juga sangat jauh,”
Pangeran Mekah yang melihat rakyatnya kesulitan karena kehausan mengajak mereka ke suatu tempat.
“Kalian ikuti Ama ( saya)” kata Pangeran Mekah.
Pangeran mekah dan rakyatnya berjalan sampai ke sebuah tebing.
“Nah , disini yang ada airnya” seraya mengarahkan tongkatnya ke sebuah tebing.
Pekerja yang keheranan karena merasa tidak melihat ada air, kemudian bertanya,
“Maaf Pangeran, kami tidak melihat ada air setetes pun”
Baca Juga:Polisi Bekuk Pengguna dan Pengedar NarkobaOperasi Pasar Libatkan Stakeholder, Menko Airlangga: Langkah Nyata Menyikapi Kenaikan Harga
Tak lama, Pangeran Mekah menancapkan tongkatnya ke tebing tersebut dan pada saat tongkat tersebut ditarik kembali, keluarlah air yang begitu jernih dari tebing tersebut seukuran diameter tongkat.
“Silahkan kalian minum sepuas puasnya,” ucap Pangeran Mekah.
Rakyat yang melihat kejadian tersebut mengucapkan sukur dan memberi sujud sebagai bentuk rasa hormat kepada Pangeran Mekah dan langsung menenggak air jernih yang keluar dari tebing dengan penuh suka cita.
Selepas minum, mereka merasa ada sebuah keistimewaan dalam air itu, terasa lebih nikmat dan segar tiada bandingannya, Mata Air tersebut sampai saat ini dinamakan AIR CILEUTIK.
“Saat kemarau air Cileutik tidak pernah kering meski debet air berkurang, beredar cerita banyak masyarakat mempercayai khasiat air Cileutik ini untuk dimanfaatkan untuk pengobatan dan mandi. Tak sedikit yang membawa pulang untuk dijadikan obat,” pungkas Lucky menutup ceritanya. (kga)