SUMEDANG.JABAREKSPRES.COM – Kabupaten Sumedang diproyeksikan menjadi sentra komoditas kacang koro di Jawa Barat. Baru-baru ini, pihak Kementerian Koperasi dan UMKM telah melakukan akselerasi pengembangan penanaman kacang koro di wilayah Sumedang.
Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki langsung datang ke area perkebunan kacang koro di Desa Linggajaya, Kecamatan Cisitu. Dia melihat langsung proses penanaman kacang koro.
Tatang juga mengatakan, kacang koro merupakan kacang dengan protein nabati yang cukup tinggi. Sehingga, bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan impor kedelai.
Baca Juga:Mendagri Sebutkan Penyebab Utama Kepala Daerah Terjerat KorupsiMenag Bantah Adanya Pernikahan Sesama Jenis dapat Buku Nikah
“Pak Presiden sudah mencoba langsung, enak, dan kualitas kacang koro ini tidak kalah dari kedelai,” kata Teten usai menanam bibit kacang koro di kaki Gunung Batudua, Desa Linggajaya, Kecamatan Cisitu, Senin (24/1).
Teten menuturkan, kebutuhan impor kedelai secara nasional sebanyak 2.5 juta hingga 3 juta ton per tahun. Kacang koro juga bisa dikembangkan menjadi komoditas untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
“Tentunya ini bisa dikembangkan sehingga nanti bisa menjadi pengganti impor kedelai. Olahan dari kacang koro ini juga tidak hanya tempe, susu, dan tahu, tapi juga bisa menjadi pakan ternak, bahkan tepung yang bisa dikombinasi dengan mocaf untuk mengganti impor terigu. Jadi ini punya potensi untuk meningkatkan ketahanan pangan yang sangat bagus” jelas Teten
Teten mengatakan, Kementerian Koperasi UKM akan konsentrasi mendorong pengembangan produksi melalui koperasi yang ada di daerah.
“Jadi model bisnisnya ada, petani menjual ke koperasi dan ada kepastian harga. Kita back up dengan pembiayaan dana bergulir dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir. Kami optimistis pembiayaan untuk kacang koro ini, kalau model bisnisnya seperti ini bisa sustain,” kata Teten.
Sumedang memiliki potensi lahan untuk pengembangan kacang koro dengan ketersediaan lahan mencapai 1000 hektar. Hal itu di ungkapkan oleh Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir.
“Ini model bisnisnya sudah jelas. Kendala selama ini, petani kesulitan menyalurkan hasil taninya. Tapi dengan adanya off taker dari koperasi, masalahnya selesai. Petani jadi sudah punya off taker-nya,” singkat Dony. (eri/kga)