sumedang, DARMARAJA – Pasca daring beberapa siswa putus sekolah. Hal itu merupakan dampak dari pembelajaran dengan sistem online karena pandemi covid 19. Sehingga, mental pelajar terganggu dan memilih berhenti sekolah karena terlalu lama belajar dengan sisitem online.
Seperti disampaikan Kepala Sekolah SMK Inovasi Mandiri, Eman SE saat ditemui Sumeks di ruangannya, Senin (21/2).
Dia menyebutkan, pihaknya berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkan sistem pembelajaran tatap muka 100 persen dengan tetap menjaga protokol kesehatan dengan ketat.
Baca Juga:Maling Gasak Kantor Desa TarunajayaPesan Khusus Ridwan Kamil Saat Pimpin Rapat Covid-19 di Kantor Wali Kota Bekasi
“Dampak dari pandemi, lima orang siswa kami tidak melanjutkan sekolah karena beberapa faktor. Salah satunya sudah bekerja dan lemahnya ekonomi,” katanya.
Dikatakan, untuk faktor lemah ekonomi pihaknya masih bisa mencarikan solusi agar siswa tetap bisa sekolah. Namun, faktor lemah bahkan hilangnya semangat belajar siswa jadi faktor yang sulit untuk diatasi.
“Kalau untuk faktor lemahnya ekonomi, kami pihak sekolah bisa mencarikan solusi agar siswa tetap bisa belajar. Tetapi pada saat semangat belajar siswa yang hilang, itu jadi faktor yang sulit,” jelasnya.
Diduga, selama pandemi banyak siswa yang menghabiskan waktunya untuk beraktivitas lain. Sehingga, mereka nyaman dengan aktivitas yang digelutinya itu, apalagi aktivitasnya menghasilkan rupiah.
“Dugaan kami, selama pandemi banyak siswa yang melakukan aktivitas lain. Jadi mereka nyaman dengan aktivitas barunya itu sehingga mental belajarnya hilang,” kata dia.
Oleh sebab itu, pihaknya berharap tidak ada kebijakan pemerintah yang mengarahkan pembelajaran dengan sistem online lagi. Seyogyanya siswa dan guru melakukan komunikasi langsung, hal itu untuk membangun karakter siswa agar berbudi pekerti baik. Sebab, belajar tidak hanya cukup dengan menguasai ilmu pengetahuan saja, tapi karakter siswa juga harus menunjukan bahwa mereka siswa yang baik dan mengerti sopan santun.
“Dampak dari belajar sistem online juga bisa mengganggu karakter anak jadi lebih negatif,” ucapnya. (eri)