Bahagianya (Kita) Punya Jalan Tol
Oleh: Yoga Alkambah
Belah sawah, belah gunung, belah semua,
Belah saja pemukiman itu! Ucap seorang paruh baya dengan kemeja putih ber-Layer Jas, atau Blazer, atau Mantel bulu Sable
Ribuan warga bermigrasi dengan lesu, sebagian sambil mengumpat
Tulang belulang yang risi, bangkit dari kubur berburu pusara baru
Tak ketinggalan demit dan roh jahatpun dipaksa mundur dari bukit yang akan dilubangi
Ratap-meratap, keluh-mengeluh, jerit-menjerit, cemas-gusar tak pernah lebih nyaring dari suara excavator yang giat menyendok tanah
Baca Juga:Akses Jalan Desa Citaleus SempitKera Slow
Seorang lain dengan jubah merah menaiki atap excavator, jubahnya berkibar bagai bendera
Tenang warga! Ini demi peningkatan ekonomi kita!
‘Kita’ itu kita bukan ya? Ucap pedagang tahu sembari menggoreng tahu basi yang tak terjual
Pun dengan pedagang ubi cilembu yang menukarkan dagangannya dengan kopi sachet di warung seberang jalan cadas pangeran
Bahagianya mereka kembali ke masa barter
Sayangnya membayar sekolah anak tidak bisa dibarter dengan Tahu basi dan Ubi yang sudah lembek
Tak kalah si jalang di warung remangpun ikut mengeluh, ‘kemana pelangganku?’
Rupa-rupanya, bukan pelanggannya sudah beriman
Sekadar mencari persundalan baru di kota seberang