Puisi: Bahagianya (Kita) Punya Jalan Tol

Puisi: Bahagianya (Kita) Punya Jalan Tol
Puisi: Bahagianya (Kita) Punya Jalan Tol (ilustrasi/nett)
0 Komentar

Bahagianya (Kita) Punya Jalan Tol

Oleh: Yoga Alkambah

Belah sawah, belah gunung, belah semua,

Belah saja pemukiman itu! Ucap seorang paruh baya dengan kemeja putih ber-Layer Jas, atau Blazer, atau Mantel bulu Sable

Ribuan warga bermigrasi dengan lesu, sebagian sambil mengumpat

Tulang belulang yang risi, bangkit dari kubur berburu pusara baru

Tak ketinggalan demit dan roh jahatpun dipaksa mundur dari bukit yang akan dilubangi

Ratap-meratap, keluh-mengeluh, jerit-menjerit, cemas-gusar tak pernah lebih nyaring dari suara excavator yang giat menyendok tanah

Baca Juga:Akses Jalan Desa Citaleus SempitKera Slow

Seorang lain dengan jubah merah menaiki atap excavator, jubahnya berkibar bagai bendera

Tenang warga! Ini demi peningkatan ekonomi kita!

‘Kita’ itu kita bukan ya? Ucap pedagang tahu sembari menggoreng tahu basi yang tak terjual

Pun dengan pedagang ubi cilembu yang menukarkan dagangannya dengan kopi sachet di warung seberang jalan cadas pangeran

Bahagianya mereka kembali ke masa barter

Sayangnya membayar sekolah anak tidak bisa dibarter dengan Tahu basi dan Ubi yang sudah lembek

Tak kalah si jalang di warung remangpun ikut mengeluh, ‘kemana pelangganku?’

Rupa-rupanya, bukan pelanggannya sudah beriman

Sekadar mencari persundalan baru di kota seberang

0 Komentar