sumedang, KOTA – Di Sumedang, kebanyakan anak-anak petani enggan meneruskan profesi orang tua.
Pasalnya, mereka merasa gengsi jika meneruskan jejak orang tua yang kesehariannya bertempur dengan tanah dan lumpur.
Terlebih, profesi sebagai petani dinilai kuno, udik bahkan dinilai tidak menjanjikan masa depan.
Baca Juga:Jelang Idul Adha, Peternak Sapi Akui Tak Khawatirkan PMKKUA Sumedang Utara Sosialisasikan UU Usia Pernikahan
“Jadi kebanyakan pemikirannya seperti itu dan lebih memilih gaji yang lebih menggiurkan,” ujar Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Iwan Hermansyah kepada Sumeks, Rabu(29/6).
Padahal menurutnya, sebuah pemikiran keliru, jika generasi muda memandang petani sebagai profesi yang tidak memiliki masa depan.
“Kami akan mencoba teknologi untuk membangun para generasi muda agar berpikiran bertani itu adalah lahan dari pendapatan,” ungkapnya.
Sangat beralasan, pantara di Sumedang sendiri, para petani itu didominasi orang tua. Sedangkan untuk menerapkan teknologi pertanian, dibutuhkan generasi muda yang akan mampu menggunakan teknologi itu.
“Dengan adanya teknologi ini, akan menjadikan generasi muda tani yang mampu berpikiran bertani itu merupakan lahan usaha yang mampu memberikan penghasilan pada dirinya,” terang Iwan.
Jadi, kata dia, akan ada teknologi yang menjual secara online seperti sekarang kan banyak toko-toko online yang menjual hasil tani,” katanya.
Selain untuk menjadikan bahwa bertani itu merupakan lahan usaha, generasi muda juga tidak gentar atau takut ketika bertani dikarenakan dorongan dari pemerintah juga membantu para petani muda berkarya.
Baca Juga:KUR Salurkan Modal Usaha Untuk Petani dan Pengusaha UMKMSMP Negeri 1 Sumedang Luluskan 352 Siswa
“Mudah-mudahan para generasi muda tidak takut bertani dan tidak terus berpikiran bahwa bertani itu tidak menggiurkan hasilnya,” pungkasnya. (wly)