sumedang, KOTA – Kelompok radikalisme dan intoleransi, membangun sebuah narasi untuk mendeligitimasi pemerintahan yang sah di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Mereka bergerak melalui sosial media saat pandemi melanda.
Seperti disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar saat menjadi pembicara dalam Stadium General bertajuk Deteksi Dini Modus Perkembangan Gerakan Radikalisme di Kampus IPDN Jatinangor Sumedang, Senin (4/7).
“Peristiswa Covid-19 ini juga terjadi dibangunnya sebuah narasi-narasi dalam rangka mendelegitasi peran pemerintah yang sah dimana-mana. Ekstrim kanan, ekstrim kiri, itu bermain, bagaimana mencoba mendelegitimasi peran dari pemerintah,” ungkap Boy.
Baca Juga:Jamu, Mampu Tekan Penyebaran PMKSMK PGRI 2 Sumedang Luluskan 167 Siswa
Seperti pada awal pandemi ada kelompok masyarakat. Dimana, ada sebagian kelompok yang anti terhadap vaksin dengan menggemboskan kabar hoax.
“Ada yang mengisukan vaksin dari minyak babi dan sebagainya. Jadi hal itu diprovokasi oleh kelompok Radikalisme dan Intoleransi,” ucap Boy.
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nation), peristiwa lockdown pandemi Covid-19, praktik-praktik radikalisasi banyak terjadi di media sosial di berbagai belahan dunia.
Dikatakan Boy, dari 273 juta jiwa penduduk Indonesia, sekitar 202 juta jiwanya merupakan pengguna internet. Sebagian besarnya merupakan generasi milenial dan generasi Z.
“Milenial dan generasi z menjadi target dari kelompok jaringan teroris global dimana mereka menghembuskan narasi-narasi untuk membangun semangat kebencian kepada pemerintah yang sah,” ucap Boy. (kga)