sumedangekspres – Pembangunan Kabah sebagai kiblat bagi umat Islam yang berada di area Masjidil Haram Mekkah. Tawaf atau mengelilingi Kabah merupakan rukun dalam ibadah haji dan umrah.
Sebagai tempat suci, pembangunan Kabah memiliki kisah panjang yang dimulai Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Sejarahnya pun kemudian berlanjut pada masa Nabi Muhammad SAW.
Berikut sejarah Kabah yang dirangkum Kompas.com.
Sejarah pembangunan Kabah
Maulida Al Munawaroh dalam Asal-usul Kabah (2010), menjelaskan bahwa Kabah tersebhr dibangun oleh Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail. Pada saat itu, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk membangun rumah Allah (baitullah) di bumi.
Baca Juga:Peran Umat Muslim dalam Kemerdekaan IndonesiaKi Ageng Henis, Tokoh Penyebar Agama Islam di Solo
Kemudian, Nabi Ibrahim dibantu oleh anaknya membangun Kabah dari susunan batu. Nabi Ibrahim yang menyusun batu itu, sementara Nabi Ismail bertugas membawa batu.
Bangunan Kabah tersebut yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memiliki tinggi sembilan hasta. Sementara, panjang dari Hajar Aswad hingga rukun syami adalah 32 hasta.
Panjang dari rukun syami ke rukun gharbi adalah 22 hasta dan panjang dari rukun gharbi ke rukun yamani adalah 31 hasta. Sedangkan, panjang dari rukun yamani ke Hajar Aswad adalah 20 hasta.
“Rukun yang dimaksud di sini secara harfiah artinya sudut atau pojok,” tulis Maulida dikutip Senin (27/6/2022).
Bangunan Kabah kala itu belum memiliki atap seperti sekarang ini.
Renovasi Kabah
Bangunan Kabah saat ini telah mengalami beberapa kali pemugaran dari aslinya. Salah satu pemugaran yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW adalah renovasi Kabah pada masa kaum Quraisy.
“Pada usia Nabi Muhammad SAW mencapai 35 tahun, orang-orang Quraisy sepakat untuk meronovasi Kabah,” tulis Maulida.
Saat itu, Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi nabi dan rasul. Lima tahun sebelum kenabian, Mekkah dilanda banjir besar sehingga meluap ke Masjidil Haram dan dikhawatirkan sewaktu-waktu dapat meruntuhkan Kabah.
Baca Juga:Sejarah Sultan Hidayatullah IIDahi Balita di NTT Tertembak Senapan Sang Ayah hingga Tewas
Namun, orang-orang Quraisy bimbang antara membiarkan kondisi asli Kabah atau merenovasinya. Akhirnya, seorang bernama Al-Walid bin Al-Mughirah mengawali renovasi Kabah.
Melihat tidak terjadi sesuatu pada Al-Walid, maka kaum Quraisy akhirnya bergotong royong merenovasi Kabah. Tatkala pembangunan sampai di bagian Hajar Aswad, mereka berselisih tentang siapa yang berhak meletakkan batu tersebut ke tempatnya semula.