simedangekspres – Pembongkaran makam yang juga terjadi di Desa Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Tujuannya pun sama, yaitu dilakukan otopsi oleh Tim Forensik Rumah Sakit Bayangkara Indramayu.
Pembongkaran makam di Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, tersebut diharapkan dapat mengetahui penyebab tewasnya jasad yang sudah dikuburkan satu pekan.
Kapolresta Cirebon Kombes Pol Arif Budiman melalui Wakasat Reskrim AKP Rifyanto menjelaskan bahwa, kegiatan pembongkaran makam dan otopsi ulang tersebut dilaksanakan di Desa Arjawinangun dan dilakukan pada Sabtu 30 Juli 2022.
Baca Juga:Pembongkaran Kuburan di Jamblang Cirebon, Ada Perempuan Kesurupan dan Mengaku Dibunuh5 Rumah Hangus Terbakar di Belawan, 4 Orang Satu Keluarga Tewas
Kegiatan pembongkaran makam itu atas permintaan dari keluarga, karena adanya dugaan tewasnya korban karena kekerasan yang tak wajar.
“Dilaporkan oleh keluarganya, bahwa kematian korban dianggap tidak wajar. Sehingga, setelah dikuburkan, keluarga korban meminta untuk diotopsi atau digali lagi kuburannya untuk mengetahui penyebab dari kematiannya,” ujar Rifyanto.
Menurut keterangan keluarga, awalnya korban tersebut sehat. Dan tiba-tiba ditemukan dalam kondisi terluka di kamarnya. Korban tak mau cerita tentang kejadian yang telah menimpanya.
Karena itu, keluarga cemas melihat kondisinya, langsung dibawa ke Rumah Sakit Sumber Waras. Kemudian dirujuk ke RSUD Arjawinangun.
Setelah lima hari dalam perawatan medis, kemudian dinyatakan meninggal dunia. Sampai dengan saat itu, keluarga tidak melaporkan ke kepolisian.
Malahan, jenazahnya langsung dikuburkan di TPU Desa Arjawinangun. Setelah dikubur, tiba-tiba ada beberapa kejanggalan dan keanehan dalam keluarga.
Oleh karenanya, keluarga korban kemudian mendatangi Mako Polsek Arjawinangun untuk melaporkan kasus yang diduga penganiayaan menyebabkan meninggal dunia.
Baca Juga:Polisi Gagalkan Aksi Tawuran Pelajar SMP dan SMK di BekasiSetelah Bareskrim, Giliran Mabes Polri Kirim Sinyal Ada Tersangka Selain Bharada Eliezer
“Setelah dimakamkan baru keluarga curiga, apa penyebab kematiannya. Kemudian laporan, dan memohon untuk dilakukan otopsi,” katanya.
AKP Rifyanto mengaku, pihaknya saat ini belum mengetahui penyebab kematian korban. Karena, pihaknya belum menerima hasil dari otopsi yang dilaksanakan oleh tim Forensik Rumah Sakit Bayangkara Indramayu.
“Kita juga masih menunggu hasil otopsinya, belum keluar. Jadi nanti setelah otopsinya keluar, baru kita sampaikan hasilnya seperti apa. Apakah kekerasan atau tidak dalam kematiannya korban,” katanya.
Terpisah, Kepala Desa (Kuwu) Arjawinangun Maman mengaku tidak tahu kronologis kematian korban. Namun, dengan adanya otopsi ulang diharapkan dapat mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi dan tidak ada keraguan.