“Bahan ajar yang dikemas diharapkan dapat lebih membuat siswa berpikir, mencoba sendiri, menganalisis, mengevaluasi, atau bahkan mengajukan pertanyaan, sehingga pada akhirnya konsep, sifat, aturan, rumus dapat ditemukan (kembali) oleh siswa (Mark & Mark, 1990), meskipun konsep ini diberikan secara asynchronous,” bebernya.
Lebih jauh Isrok’atun menyebutkan bahan ajar dapat berupa lembar kerja siswa, baik yang dilengkapi dengan media atau alatperaga, maupun yang tidak.
“Lembar kerjasiswa disini,tidak hanya berupa soal-soal tes yang harus siswa selesaikan, tetapi justru lembarkerja yang berupa suatu lembar kegiatan yang harus siswa kerjakan, di mana jika kerja tersebut dapat siswa selesaikan itu,” paparnya.
Baca Juga:Maknai Kemerdekaan RI, BRI Salurkan Dana Pendidikan bagi 68 Paskibraka dan 1.800 Anak Pelaku Usaha MikroGubernur Ridwan Kamil: Ramaikan Situ Ciburuy dengan Kegiatan Positif
Artinya, siswa telah belajar secara bermakna (Yael, 2015; Andrea & Andrea, 2012). Kerja siswa tidak hanya menyelesaikan soal tes belaka, tetapi lebih dari itu, yaitu memahami materi, menguasai materi, serta secara mandiri dapat menemukan konsep, sifat, aturan, rumus dari kegiatan menyelesaikan lembar kerja siswa tadi yang dimaksud (Mark & Mark, 1990; Yael, 2015; Andrea & Andrea, 2012).
“Bahan ajar digital yang akan dikembangkan pada kegiatan pelatihan ini adalah bahan ajar yang berbasis aktivitas, lebih ditekankan pada bagaimana memfasilitasi siswa untuk kegiatan menemukan kembali (Gjalt, Astrid & Albert, 2018),” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, untuk sampai dengan menemukan kembali, tentunya dibutuhkan proses berpikir tingkat tinggi, mulai dari menganalisis, proses mengevaluasi, proses berkreasi,sertamencoba-coba(Tessa,Brenda,&Maartje,2018).
“Dari sinilah, harapannya perkembangan proses berpikir siswa dapat dilatih,” harapnya.
Sementara fakta di lapangan, menurut dia, buku-buku serta lembar kerja siswa yang tersedia belum demikian adanya.
“Ditambah dengan kondisi pandemi pada dua tahun terakhir, ini yang membawa era di mana siswa banyak ketinggalan materi yang seharusnya disampaikan secara tatap muka langsung di kelas,” katanya.
Siswa banyak yang lemah dalam hal penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan lain – lain.
“Sementara keterampilan ini, adalah keterampilan mendasar yang harus siswa kuasai sebelum menguasai konsep matematika lebih lanjut,” terangnya.
Baca Juga:Punya Potensi Ekonomi Kreatif, Rumah Belajar Batik Tasikmalaya DiresmikanMeriahkan Hari Kemerdekaan, BRI Rangkul Pelaku UMKM dalam “BRILian Independence Week”
Oleh karena itu, tutur Isrok’atun, kegiatan pelatihan dan pendampingan pengembangan bahan ajar digital untuk meningkatkan HOTS siswa ini, menjadi hal yang urgen untuk segera dilaksanakan.