sumedangekspres- Untuk ke sekian kalinya kantor BPN/ATR Sumedang menjadi sasaran warga terdampak Tol Cisumdawu, untuk mengadukan nasibnya.
Ratusan warga terdampak Tol Cisumdawu keukeuh tak puas dengan keputusan yang mereka terima, terkait ganti rugi lahan.
Mereka, warga terdampak Tol Cisumdawu mengaku tak akan berhenti mengepung kantor BPN/ATR Sumedang, sebelum haknya diterima.
Baca Juga:PPSSPP : Tutorial Bermain Game PS2 di HP!
“Kami kesini bukan tanpa alasan, kami datangi kantor BPN untuk menanyakan nasib kami warga terdampak Tol Cisumdawu,” kata perwakilan warga terdampak Tol, Asep Rohmat, yang juga ketua LSM AMX Sumedang, Senin (21/11).
Bahkan, Asep menilai, kinerja BPN Sumedang dinilai tak berpihak kepada rakyat, yang memang sudah jelas memiliki sertifikat yang sah secara hukum.
“Tanah yang bersertifikat kalah dengan klaim BPKH, sertifikat merupakan prodak BPN namun mengapa BPN tak mengakui itu,” kata Asep dengan ketus dan penuh sesal.
Jika hal itu dibiarkan, kata Asep, akan berdampak buruk terhadap kepercayaan publik kepada BPN, yang memang dibentuk negara, sebagai lembaga pemerintah yang mengurusi bidang pertanahan.
“Khawatir kalau di biarkan masyarakat tidak percaya kepada prodak dari lembaga negara, peta bidang dan titik koordinat bukan bukti kepemilikan,” ujarnya.
Di tempat sama, Imas,
salah salah seorang warga terdampak Tol Cisumdawu tak habis pikir dengan keputusan yang diterimanya, soal ganti rugi lahan.
Pasalnya, ganti rugi lahan miliknya, yang tergerus jalan Tol Cisumdawu saat ini, jauh dari taksiran harga yang seharusnya ia terima.
Baca Juga:Bug Whatsapp : Mengenal Ganasnya Bug WhatsappFollowers Tiktok : Cara cepat mendapatkan followers di aplikasi tiktok
Imas mengaku, ada sebanyak
4 bangunan miliknya yang terdampak, diantaranya 2 rumah 1 tempat usaha dan 1 bangunan semi permanen.
“Pembayaran yang saya terima menurut saya tidak sesuai dengan uang penggantian yang saya terima, kiira – kira saya habis Rp 900 juta untuk membangun rumah tersebut dulu, tapi saya hanya dapat gantir ugi Rp 151juta saja,” terang Imas.
Imas sendiri terpaksa tinggal di rumahnya yang belum rampuing di bangun karena kekrangan biaya.
“Sekarang tinggal di rumah yang belum beres di bangun,” tukas Imas.