sumedangekspres – Dalam kehidupan sehari-hari selalu berhadapan dengan dua hal yang berlawanan atau dua hal yang kontroversial. Benar dan salah.
Dimana, dari kita bangun tidur sampai kita tidur lagi selalu dihadapkan pada dua persoalan itu. Yang benar dan yang salah, yang haq dan yang bathil, yang pantas dan yang konyol, yang ma’ruf dan yang munkar.
Persis seperti lagu yang dulu pernah ngetop, di tahun 1984an yaitu “Madu ditangan kananmu racun ditangan kirimu”.
Baca Juga:Leadership in Crisis: Sunarso Jadi CEO of The Year, BRI Mampu Berikan Value di Tengah Masa SulitBatas Desa, Ciptakan Tertib Administrasi Pemerintahan
Tapi kalau dipikir-pikir sebenarnya lagu ini jelas, yang repot dan bahaya adalah apabila kita sudah tidak tahu mana yang madu dan mana yang racun. Apalagi zaman now ini banyak racun bermerek madu, tulisan madu padahal racun.
Di dalam kehidupan ini, madu digambarkan dengan sesuatu yang baik, sedangkan racun digambarkan dengan sesuatu yang tidak baik. Dan, memang antara madu dan racun adalah hal yang berlawanan.
Dalam sebuah riwayat ketika Nabi Muhammad SAW menjalankan perintah untuk Isra dan Mi’raj, Beliau disodori dua gelas. Gelas yang satu berisi susu, gelas yang satunya lagi berisi arak.
Dalam hal ini, Nabi SAW mengambil gelas yang berisi susu. Sehingga kata Malaikat Jibril yang menemani Beliau “Sodaqta ya Muhammad”, “Engkau benar ya Muhammad”.
Untung Nabi SAW mengambil gelas yang berisi susu. Coba bayangkan, kalau Beliau mengambil gelas berisi arak, bisa jadi umat Islam pada doyan mabuk semua. Sebab Nabi SAW mengambil susu saja banyak umat Islam yang pada mabuk.
Lalu bagaimana agar kita senantiasa terbiasa dengan hal-hal yang baik, hal-hal yang selalu memegang madu bukan racun.
Sebagai muslim yang baik, yakinilah bahwa segala sesuatu itu pasti ada sebab dan ada akibatnya, atau hukum kausalitas. Yang menanam kebaikan, pasti akan memanen kebaikan. Yang menanam kejahatan, pasti akan memanen kejahatan juga.
Baca Juga:Peluang Hasil Usaha Pertanian Menguntungkan170 UMKM Sudah Mulai Masuk Market Place
Kalau kita berbuat zhalim, misalnya korupsi, memfitnah, membuat berita hoaks, berlaku curang, ingkar janji dan lain sebagainya. Boleh jadi kita terlepas dari pengadilan dunia. Tapi ingatlah, kita tidak akan pernah lepas dari pengadilan Allah, yakni pengadilan yang seadil-adilnya. Karena yang berbicara nanti adalah kedua tangan kita sendiri dan yang menjadi saksi adalah kedua kaki kita sendiri.