Fungsi Taman Endog sebagai area parkir ditegaskan dengan adanya Surat Keputusan Bupati Sumedang No. 551/22/Sk. 26-DLLAJ/1998.
Pada tahun 2009 dilakukan renovasi Taman ini. Renovasi ini berkaitan dengan kondisi fisik tugunya yang mulai rusak dimakan usia. Termasuk juga dikarenakan banyak logo-logo prestasi yang menempel di sekeliling bulatan telor tersebut sudah tidak tampak karena sebagian besar copot dan hilang. Anggarannya dari perubahan APBD 2009 yang menghabiskan biaya sekitar Rp 50 Juta.
3. Patung Kuda
Sejarah Monumen Sumedang Kuda renggong merupakan salah satu kesenian yang menjadi khas Sumedang. Kesenian ini sudah memasyarakat sebagai sarana hiburan atraksi dan sarana memeriahkan atau mengisi acara hajatan.
Baca Juga:Wisata Air Di Sumedang, Pemandian Cipanas CileungsingRumah Panggung Ludes Di Lalab Si Jago Merah
Hajatan terutaram sunatan biasa menggunakan seni kuda renggong ini untuk mengisinya. Sebagai kesenian khas Sumedang, sudah sepatutnya jika ada penanda atau simbol eksistensi bahwa kuda renggong merupakan seni khas Sumedang.
Penanda tersebut adalah patung kuda renggong. Patung kuda renggong terletak di daerah Samoja Kelurahan Pasanggrahan. Posisinya di pinggir jalan raya sebelum masuk ke wilayah kota Sumedang dari arah barat (Bandung).
Tepatnya di pertigaan Samoja sebelah kanan jalan raya. Sehingga bagi yang mau mengunjungi kota Sumedang dari arah Bandung akan melewati patung ini.
Patung kuda renggong ini dibuat menggunakan komponen campuran tanah dan semen. Patung ini dibangun pada tahun 1996 dan telah menjadi simbol daerah pertigaan Samoja.
Bentuk patungnya sendiri berupa kuda yang sedang mengangkat kedua kaki depannya di hadapan seorang pawangnya. Patung ini menunjukkan kuda renggong yang sedang melakukan atraksi kuda silat. Atraksi kuda silat biasa ditampilkan oleh kuda renggong yang sudah terlatih dengan jurus-jurus yang diajarkan pawangnya. Yang menjadi lawannya adalah pawangnya sendiri yang juga pelatihnya.
4. Menara Loji
Sejarah Monumen Sumedang Dekade 1840-an, seorang tuan tanah berkebangsaan Jerman bernama Baron Braud bekerja sama dengan perusahaan swasta milik Belanda mendirikan perkebunan karet. Perkebunan karet ini berdiri di atas tanah yang luasnya mencapai 962 hektar.
Saking luasnya untuk mengawasinya diperlukan menara pengawas yang cukup tinggi. Dan untuk itu dibangunlah sebuah menara pengawas yang dilengkapi dengan lonceng di atasnya. Saat ini menara yang dibangun ini dikenal dengan nama Menara Loji.