Selain berfungsi sebagai menara pengawas, menara ini juga berfungsi pemberi tanda waktu bagi petani yang menyadap karet. Lonceng yang berada di atas menara ini akan dibunyikan sebagai penanda waktu. Dalam sehari, lonceng ini akan dibunyikan tiga kali.
Yang pertama pada pukul lima pagi yang menandakan waktunya bagi pekerja/petani untuk mulai menyadap karet. Kemudian yang kedua kalinya pada pukul sepuluh siang yang menandakan waktunya untuk mengambil mangkuk yang telah terisi getah karet. Dan terakhir lonceng akan berbunyi pada pukul dua siang yang menandakan waktunya pulang bagi para pekerja ke rumahnya masing-masing.
Sampai sekarang Menara Loji ini masih berdiri kokoh. Menara bercat putih dan bergaya neo gothic Belanda ini memiliki atap berbentuk segi delapan dan mengerucut di bagian atasnya. Paling atas dihiasi dengan garpu tiga jari seperti senjata trisula.
Baca Juga:Wisata Air Di Sumedang, Pemandian Cipanas CileungsingRumah Panggung Ludes Di Lalab Si Jago Merah
Sayangnya, lonceng yang berada di atas menara sudah hilang. Katanya ada yang mencuri sekitar tahun 1980-an. Sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.
5. Adipura Alam Sari
Sejarah Monumen Sumedang Dahulu Sumedang dikenal dengan sebutan kota buludru. Setidaknya sampai dekade 1980-an, sebutan ini masih bisa terwakili dengan kondisi kota Sumedang yang rindang dengan pepohonan.
Kondisi kota Sumedang waktu itu sangat menyenangkan bagi siapa saja yang mengunjunginya. Dengan rindangnya pepohonan, menyebabkan teduhnya jalanan, sejuk dan segarnya udara kota Sumedang. Jika dipandang dari udara, Sumedang sangat hijau dan rindang seperti kain beludru.
Banyaknya pepohonan bukan hanya di jalan-jalan protokol, namun di jalan pinggiran juga sama banyak pepohonannya. Dengan perkembangan jaman, pepohonan yang berdiri tegak di pinggir jalan tersebut banyak yang ditebang.
Alasannya karena perkembangan pembangunan yang menyeret pepohonan untuk ditebang. Pelebaran jalan menyebabkan pepohonan harus ditebang. Selain itu juga karena alasan keamanan, pepohonan yang sudah tua harus ditebang agar tidak membahayakan.
Dengan kondisi yang asri tersebut, tidak heran jika Kabupaten Sumedang pernah mendapatkan penghargaan piala Adipura. Piala Adipura yang pertama diraih Kabupaten Sumedang sebagai kabupaten yang bersih dan indah pada tahun 1984.