Panggung Krapyak Peninggalan Sejarah Kesultanan Mataram Yogyakarta

Panggung Krapyak
(Istimewa/tangkapan layarjogjaexplore/)
0 Komentar

Sumedangekspres – Panggung Krapyak atau yang disebut juga dengan nama Kandang Menjangan merupakan salah satu tempat peninggalan bersejarah pada masa kesultanan Mataram.

Panggung Krapyak atau Kandang Menjangan ini merupakan sebuah bangunan besar yang menjulang tinggi menyerupai bentuk kubus. Alasan mengapa disebut dengan paggung karapyak karena bangunan peninggalan bersejarah ini terletak di daerah di Kampung Krapyak, Kalurahan Panggungharjo, Kapanéwon Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.[1] Berdasarkan lokasinya, Panggung Krapyak berada di sebelah selatan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan berjarak kurang lebih satu kilometer dari alun-alun kidul (selatan).

Sejarah Singkat Panggung Krapyak 

Dilansir dari wikipedia.com bahwasannya Panggung Krapyak dibangun sekitar tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I.

Baca Juga:Waspadai Kejadian Buruk Menimpa WargaPolri Luncurkan Aplikasi ‘Super App Presisi Polri’

Panggung ini sebagai pos berburu sekaligus sebagai daerah pertahanan dari binatang buas. Pada zaman dulu, Krapyak adalah sebuah hutan lebat dengan berbagai jenis hewan liar seperti rusa atau dalam bahasa Jawa disebut menjangan. Tak heran bila wilayah ini dulu banyak digunakan sebagai tempat berburu oleh Raja-raja Mataram. Panggung Krapyak termasuk bangunan yang terletak di Garis Imajiner Yogyakarta, menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Yogyakarta, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Panggung Krapyak dan Pantai Parangtritis. Poros Panggung Krapyak hingga Keraton menggambarkan perjalanan manusia dari lahir hingga dewasa.[butuh rujukan] Wilayah sekitar panggung melambangkan kehidupan manusia saat masih dalam kandungan, ditandai dengan adanya kampung Mijen di sebelah utara Panggung Krapyak sebagai lambang benih manusia. Mengunjungi Panggung Krapyak, berarti mengunjungi salah satu bangunan penting bagi Keraton Yogyakarta.

Raden Mas Jolang yang bergelar Prabu Hanyokrowati, raja kedua Kerajaan Mataram Islam dan putra Panembahan Senopati, adalah salah satu raja yang memanfaatkan Hutan Krapyak sebagai tempat berburu. Namun pada tahun

1613, beliau mengalami kecelakaan dalam perburuan dan akhirnya wafat di sini. Beliau dimakamkan di Kotagede dan diberi gelar Panembahan Seda Krapyak (berarti raja yang meninggal di Hutan Krapyak).

Raja lain yang gemar berburu di Hutan Krapyak adalah Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I). Nah Beliau inilah yang mendirikan Panggung Krapyak lebih dari 140 tahun setelah wafatnya Prabu Hanyokrowati di hutan ini. Panggung Krapyak merupakan petunjuk sejarah bahwa wilayah Krapyak pernah dijadikan sebagai area berburu. Bila berminat, anda bisa mendatanginya dengan melaju ke selatan dari Alun-Alun Kidul, melewati Plengkung Gading dan Jalan D.I Panjaitan. Panggung Krapyak akan ditemukan setelah melaju kurang lebih 3 kilometer, berada tepat di tengah jalan.

0 Komentar