sumedangekspres – Sekilas mitos alun-alun yogyakarta, Keraton Yogyakarta memiliki dua alun-alun, yakni Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan. Keberadaan dua alun-alun ini berbeda, Alun-alun utara terletak di depan Keraton Yogyakarta, sedangkan Alun-alun Selatan berada di belakang Keraton Yogyakarta.
Pihak Keraton saat ini sedang merevitalisasi Alun-alun Utara atau Alut degan mengganti pasir di kawasan tersebut. Pasir yang digunakan untuk menggantinya pun tidak sembarangan. Tetapi diambilkan dari tanah Kasultanan dan telah melalui proses pemilihan dan pertimbangan dengan tim internal.
Alun-alun Kidul (Selatan)
Alun-alun Kidul yang biasa disingkat Alkid atau dalam Bahasa Indonesia berarti Alun-alun Selatan, merupakan wilayah bagian selatan dari Kraton Yogyakarta. Saat ini Alkid menjadi sebuah ruang publik bagi masyarakat.
Baca Juga:Sejarah Kerajaan Sumedang Larang, Berawal Dari Kerajaan Tembong AgungSejarah Kecamatan Rancakalong Sumedang
Berbagai macam kegiatan dapat dijumpai di Alkid. Menjelang sore hingga malam hari, Alkid menjelma sebuah tempat rekreasi rakyat yang tentunya sayang untuk dilewatkan.
Berbagai penjual makanan dapat dijumpai di Alkid. Selain itu, pada malam hari kawasan Alkid ini juga menjadi wisata bersepeda.
Berjajar sepeda tandem hingga becak yang telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan hiasan lampu yang mencolok disewakan oleh sejumlah pemilik sewa sepeda. Alkid juga menjadi area olahraga yang diminati oleh masyarakat Yogyakarta.
Pada bagian tengah alun-alun terdapat dua buah pohon beringin yang usianya cukup tua dan keduanya dibatasi oleh pagar benteng yang kokoh.
Pohon Beringin ini pun menjadi sebuah obyek permainan yang menarik. Berawal dari kepercayaan masyarakat Yogyakarta tentang orang yang berhasil melewati kedua Pohon Beringin tersebut dengan menutup mata, maka akan dipermudah dalam meraih cita-citanya, maka saat ini banyak wisatawan yang menyempatkan waktu untuk berkunjung mencoba permainan tersebut.
Terdapat kandang gajah di Alun-alun Kidul. Gajah yang berada di dalam kandang ini adalah milik Kraton Yogyakarta. Dahulu gajah ini sering dinaiki oleh anak-anak sebagai sarana hiburan.
Tetapi saat ini hiburan ini memang sudah berkurang walaupun istilah kandang gajah masih cukup familiar di telinga masyarakat.