Tamara Gondo, Ratu Kecantikan yang Beralih Profesi Menjadi Social Entrepreneur

Tamara Gondo
Mantan Miss Indonesia, Tamara Gondo, terjun ke social entrepreneur.
0 Komentar

sumedangekspres – Tamara Gondo merupakan mantan Miss Indonesia perwakilan Jawa Timur. Dia juga merupakan Co-founder dan chief executive dari Liberty Society yang merupakan organisasi sosial.

Tamara Gondo melalui Liberty Society membantu para pengungsi di Indonesia, dengan memberikan peluang penghasilan bagi mereka.

Tamara Gondo mengatakan kepada Eco-Business bahwa dia tertarik pada keadilan sosial. Hal itu bermula ketika dia melakukan misi pada tahun 2012 di sekolah menengah, ke Manado Sulawesi Utara.

Baca Juga:BPR Dapat Mempercepat Inklusi Keuangan di Asia Tenggara, Begini Caranya!Codashop Higgs Domino, Tempat Top Up Chip yang Lebih Murah dari Unipin, Itemku dan E-commerce?

“Saat itulah saya melihat banyak ketimpangan,” kata Tamara, yang besar di Jakarta dan meraih gelar sarjana ilmu komunikasi dari Universitas Biola.

Untuk meningkatkan kehidupan masyarakat miskin, Tamara memulai organisasi nirlaba bernama Second Chance Initiative. Organisasi ini berfokus dalam mendukung anak-anak dan pembiayaan mikro rumah tangga.

Setelah lima tahun menjalankan organisasi nirlaba tersebut, Tamara yang merupakan mantan Miss Indonesia Jawa Timur 2019 ini menyadari bahwa dirinya membutuhkan model bisnis yang lebih berkelanjutan. Ini membuatnya terjun ke kewirausahaan sosial, dan memulai Liberty Society pada tahun 2019.

Hari ini Liberty Society mempekerjakan 25 wanita pengungsi dari Afghanistan. Di Gading Serpong, tempat mereka bekerja dan tinggal, para perempuan ini menjahit kaos, gaun, jaket, tas jinjing, dan kantong menggunakan bahan-bahan yang berkelanjutan seperti bambu, katun, atau bahkan kain bekas.

Liberty Society menghindari kemasan plastik dan menggunakan singkong sebagai gantinya. Selain itu, perusahaan tersebut juga membuat laporan bisnis secara transparan kepada klien utama mereka, terutama tentang materi yang mereka gunakan.

Pelanggan Liberty Society sebagian besar adalah organisasi yang sadar sosial. Mayoritas dari mereka berbasis di Indonesia dan Singapura, termasuk merek fashion yang ingin memproduksi barang mereka secara etis.

“Kita tidak bisa mengubah industri fashion sendirian. Sehingga, kita harus bekerja sama dengan merek korporat dan konsumen.” kata Tamara.

Baca Juga:Pasarkan Produk SBN Ritel Pertama 2023, BRI Berikan Literasi Keuangan Bersama KemenkeuSinopsis dan Nonton Jailangkung: Sandekala Full Movie LK21

Pada tahun 2021, Liberty Society, badan pengungsi PBB UNHCR dan merek ritel Jepang Uniqlo, telah bekerja sama untuk mengubah potongan denim menjadi kantong serut dan wadah kartu.

0 Komentar