Sejarah Kerajaan Di Nusantara

Sekilas Sejarah Zaman Kerajaan Di Nusantara
Sekilas Sejarah Zaman Kerajaan Di Nusantara/istimewa.pinterest
0 Komentar

Menurut sumber-sumber Cina zaman Dinasti Tang, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin permukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatra.

Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada.

Hal ini tampak pada tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.

Surat itu berbunyi:

“Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah.

Baca Juga:Kerajaan Dan Prasasti Tertua Di IndonesiaDoa Setelah Sholat Fardhu Sesuai Sunnah Rasulullah

Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang takbegitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan.

Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.”

Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula beragama Hindu, menjadi masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama ‘Sribuza Islam’.

Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Buddha.

Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam.

Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kesultanan Ternate.

Islam masuk ke kerajaan di Kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.

Kesultanan Islam kemudian semakin menyebarkan berbagai ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu dan Buddha sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra.

Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu.

Baca Juga:Ridwan Kamil Paparkan Inovasi Digital yang Bawa Kesejahteraan WargaMitos Legenda Gunung Semeru Dan Ramalan Pulau Jawa

Di kepulauan-kepulauan di Timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.

0 Komentar