sumedang, DARMARAJA – Pemanfaatan green belt harus disesuaikan dengan sumber daya manusia di sekitar waduk. Warga dipenyangga Waduk Jatigede, sebagian besar merupakan petani dan peternak.
Konsep pemanfaatan green belt harus bisa dikolaborasikan dengan budidaya ternak domba/kambing, dan budidaya tanaman di sekitar lahan waduk.
Pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah penyangga waduk, harus disesuaikan dengan konsep yang memanfaatkan lahan green belt.
Baca Juga:Ajang Miss Universe Tak Lagi Diwakili Oleh Pemenang Putri Indonesia, Apa Penyebabnya?Give Away iPhone 11 Pro Max Aplikasi Penghasil Uang Resmi dari Pemerintah
Salah satu tokoh masyarakat di wilayah penyangga Waduk Jatigede, Wawan menyebutkan, lahan di sekitar waduk masih banyak yang kondisinya tidak produktif. Lahan tersebut hanya ditumbuhi rumput liar.
“Saya berharap, ada upaya pemerintah untuk mendukung warga di wilayah penyangga, supaya bisa memanfaatkan lahan yang ada dengan cara budidaya ternak. ” katanya.
Selain itu, warga juga berasumsi bahwa dengan memanfaatkan lahan di sekitar waduk, maka akan tumbuh lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar.
“Saya yakin, kalau lahan-lahan di pesisir yang tidak produktif dimanfaatkan untuk sebagai tempat budidaya ternak, maka akan tumbuh peluang pemberdayaan masyarakat. ” katanya.
Wawan menerangkan, salah satu wilayah yang berpotensi dijadikan tempat budidaya ternak domba salah satunya ialah blok pasir batu nunggul. Lokasi itu berada di wilayah Desa Sukaratu, Kecamatan Darmaraja.
“Selain untuk lahan ternak kambing, area tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai lahan penanaman palawija.” ungkapnya.
Menurutnya, kolaborasi ternak dan tanaman palawija akan lebih efektif, keduanya saling mebutuhkan.
Baca Juga:Aplikasi Penghasil Uang Tercepat dan Give Away iPhone 11Terus Ciptakan Pertumbuhan Baru, Aplikasi Senyum Mobile Jadi Andalan Holding UMi
“Jadi sambil kita menjaga ternak, kita juga bisa bercocok tanam.” imbuhnya.
Pihaknya menilai, ketika konsep tersebut berjalan, maka dengan sendirinya lokasi tersebut akan jadi wisata edukasi berbasis alam.
“Langlah awal kita bergerak di bidang peternakan dan pertanian, dengan sendirinya, itu akan menjadi wisata edukasi.” katanya. (eri)