sumedangekspres – Para peneliti di Singapura sedang mempelajari bagaimana petani kota berteknologi tinggi dapat menghasilkan lebih banyak tanaman dengan lebih sedikit pupuk kimia. Mereka menganalisis mikroba dari tanaman sayuran Asia dan materi genetiknya di dalam tanah, dengan menggunakan teknik yang disebut metagenomik.
Agar sayuran dapat tumbuh dengan baik, tidak cukup hanya dengan memberinya sinar matahari dan air. Mereka membutuhkan komunitas mikroorganisme untuk membantunya tumbuh dengan sehat.
Temuan ini adalah langkah pertama untuk membantu petani kota berteknologi tinggi dalam menghasilkan lebih banyak tanaman dengan lebih sedikit pupuk kimia. Saat ini, apa yang diketahui dalam bidang penelitian sebagian besar telah dikumpulkan dari spesies tanaman standar yang digunakan dalam percobaan, dan mereka bukan sayuran.
Baca Juga:Pengembangan Wisata Kampung Buricak BurinongBNN Kabupaten Sumedang Meluncurkan Program Desa Bersinar
Untuk mengatasi kesenjangan ini, tim dari National University of Singapore bekerja sama dengan pertanian perkotaan komersial di Singapura. Mereka memperoleh sampel tanah, serta bibit dan tanaman dewasa dari tiga sayuran Asia yang umum yakni choy sum, kai lan, dan bayam (masing-masing disebut kubis berbunga Cina, brokoli Cina/kale Cina, dan bayam Cina ) .
Tim mengekstraksi mikroba dan materi genetiknya di tanah dan tanaman untuk dianalisis. Sayuran berdaun hijau padat nutrisi dikemas dengan senyawa bioaktif yang dikenal untuk meningkatkan kesehatan manusia.
“Sayuran hijau ini merupakan tanaman siklus pendek, yang cocok untuk diadopsi dalam berbagai format pertanian. Memfokuskan prioritas penelitian kami pada kelompok pangan ini akan membahas ketahanan pangan dan gizi serta memenuhi aspek kuantitas dan kualitas produksi pangan,” kata pemimpin studi Sanjay Swarup, profesor di departemen ilmu biologi.
Para peneliti mengurutkan materi genetik dalam sampel dengan menggunakan teknik yang disebut metagenomik. Tehnik ini menggunakan metode komputasi untuk menganalisis keragaman dan karakteristik materi genetik tanpa harus mengisolasi dan membiakkan spesies mikroorganisme individu.
Metode ini memberi mereka gambaran komprehensif tentang komunitas mikroba dalam waktu yang lebih singkat dan dengan sedikit usaha. Dengan menggunakan superkomputer, para peneliti mengidentifikasi hampir 300 spesies bakteri dan sekelompok organisme mirip bakteri bersel tunggal yang dikenal sebagai archaea.