Mistis! Kesenian Terebang di Sumedang

Mistis! Kesenian Terebang di Sumedang
0 Komentar

sumedangekspres- Dusun Andir Desa Cikeusi Kecamatan Darmaraja merupakan salah satu daerah di Sumedang yang masih melestarikan budaya dan tradisi setempat salah satunya Kesenian Terebang. Pada dasarnya terebang adalah seni musik tradisional, hal itu karena alat musik terebang seperti rebana. Terebang masih dianggap penuh dengan spiritual dan mistis. Oleh karenanya, terebang kerap dipakai pada upacara tertentu seperti ngaruwat.

Tentu orang Sunda tak asing dengan istilah ngaruwat, setahu saya ngaruwat adalah upacara untuk membersihkan energi negatif dalam satu bangunan atau tanah yang dianggap angker. Ada juga yang memakan rokok saat masih menyala hingga pecahan beling. Inilah sisi mistis yang masih kental dari seni terebang. Zaman terus berganti, terebang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Jika dulu hanya memakai alat seperti rebana saja, kini di daerah saya sudah memakai alat musik lain seperti terompet, lagu yang dipakai juga agak modern. Tapi tetap lagu Sunda yang dipakai. Lagu terebang zaman dulu tak seperti itu, mungkin saja seperti pupujian bahkan salawat. Bahkan, menurut beberapa sumber yang saya dapatakan, pada masa lalu terebang menjadi sarana untuk berdakwah.

Baca Juga:Mengenal Alat Musik Celempung Khas SumedangMengenal Baju Adat Sumedang

Itu sebabnya, di beberapa daerah Sunda ada yang memakai salawat. Tapi, zaman telah berubah terebang tak lagi diadakan pada upacara seperti ngaruwat rumah melainkan menjadi sarana hiburan.  Misalnya hiburan dalam hajatan nikahan, biasanya malam harinya akan mengadakan seni terebang hingga pagi buta. Meskipun begitu, tetap saja mistis tidak bisa dipisahkan dari seni ini.  Hal itu karena setiap penari yang menari dianggap dirasuki roh halus. Saya pernah bertanya kepada mereka yang suka menari terebang, katanya tubuh mereka seperti ada yang menggerakan.

Gerakan tarian dalam terebang pun tak sama saat joget dangdut, mungkin gerakannya seperti silat. Satu lagi, mereka yang menari menutup mata. Entah mengapa demikian, yang jelas itulah sisi mistisnya. Terlepas dari sisi mistis yang masih kental, entah sampai kapan seni semacam ini akan terus bertahan di tengah gempuran teknologi yang terus berkembang.

0 Komentar