Sumedang Larang terjepit di antara tiga kekuataan, yaitu Mataram,Banten, dan Kompeni di Batavia.
Ketiga kekuatan itu sama-samaingin menguasai Sumedang Larang. Oleh karena itu Radén AriaSuriadiwangsa harus menentukan sikap tegas bila tidak inginmenjadi bulan-bulanan dari ketiga kekuatan tersebut.
Kedua, ia masih mempunyai hubungan keluarga dengan penguasa Mataram dari pihak ibunya, Ratu Harisbaya.
Baca Juga:Perkuat Ketahanan Pangan,YPS Salurkan Bantuan TraktorSejarah Candi Borobudur Yogyakarta
Bagi pihak Mataram, hal itu merupakan keuntungan besar.Penyerahan diri Radén Aria Suriadiwangsa berarti seluruh wilayah Priangan ditambah daerah Karawang berada di bawah kekuasaanMataram.
Penguasa Mataram dapat menjadikan Priangan sebagaidaerah pertahanan di bagian Barat terhadap kemungkinan seranganpasukan Banten atau Kompeni yang berkedudukan di Batavia.
Untuk mengawasi wilayah Priangan dan mengkoordinasipara kepala daerahnya, Sultan Agung mengangkat Radén AriaSuriadiwangsa menjadi Wedana Bupati Priangan (1620-1624) merangkap sebagai bupati Sumedang, dengan gelar PangéranRangga Gempol Kusumadinata, terkenal dengan sebutan Rangga Gempol I.
Sejak itulah di Priangan terdapat jabatan atau pangkatbupati dalam arti kepala daerah, dengan status sebagai pegawaitinggi dari suatu kekuasaan.
Pada waktu Rangga Gempol I menjalankan perintah Sultan Agung untuk menaklukkan daerah Sampang (Madura) tahun 1624,jabatan Wedana Bupati Priangan diwakilkan kepada adiknya,Pangéran Rangga Gedé.
Sementara itu Banten mengadakan serangan ke Sumedang. Pangéran Rangga Gedé tidak mampumengatasi serangan tersebut.
Akibatnya ia mendapat sanksi politis dari Sultan Agung dan ditahan di Mataram.
Baca Juga:Misteri Kota gaib saranjanaSejarah Agresi Militer Sumedang di Masa Kemerdekaan Indonesia
Sultan Agungmenyerahkan jabatan Wedana Bupati Priangan kepada Dipati Ukur,penguasa Tanah Ukur yang berpusat di daerah Bandung Selatan sekarang.
Waktu itu, wilayah kekuasaan Dipati Ukur meliputi Sumedang,Sukapura, Bandung, Limbangan, sebagian daerah Cianjur, Karawang, Pamanukan, dan Ciasem.
Sultan Agung mengangkatDipati Ukur sebagai Wedana Bupati Priangan disertai syarat, DipatiUkur harus sanggup merebut Batavia dari Kompeni.
Tahun 1628 pihak Mataram dengan melibatkan Dipati Ukurbeserta pasukannya menyerang Kompeni di Batavia.
Namun Dipati Ukur gagal melaksanakan tugasnya merebut Batavia (1628) Dipati Ukur menyadari akibat kegagalannya, yaitu ia pasti mendapathukuman berat dari Sultan Agung.