Bahaya Mengancam Eropa, Negara Prancis Mengalami Kekeringan!

Bahaya mengancam Eropa, Negara Prancis mengalami kekeringan
Bahaya mengancam Eropa, Negara Prancis mengalami kekeringan(freepik)
0 Komentar

Lebih lanjut, kota Landeck dan Reutte di Austria juga mencatatkan musim dingin paling kering. Di saat yang sama, beberapa wilayah di Swiss juga meminta warganya melanjutkan untuk berhemat air usai melakukan hal yang sama pada musim panas lalu.

Di Italia, pemerintah negara tersebut sedang bersiap membuat satuan tugas termasuk “komisioner super” dan beberapa pejabat kementerian.

Satuan tugas itu nantinya harus mencari solusi terhadap masalah kekeringan yang telah berdampak ke sektor agrikultur Italia. Dewan Riset Nasional Italia (CNR) pada bulan lalu mencatat, tingkat curah hujan di wilayah utara 40 persen lebih rendah daripada rata-rata 2022. Level permukaan air di sungai terpanjang, Po pun menyusut 61 persen pada Februari lalu.

Baca Juga:Tanda-Tanda Hari Kiamat, yang Sering dikelirui Banyak Orang!Negara Iran Menangkap Pelaku Kasus Keracunan Massal!

Pakar meteorologi Italia, Luca Mercalli mengatakan, Italia hanya akan terhindar dari kekeringan ekstrem seperti saat musim panas lalu, jika hujan turun deras pada musim semi. “Itu harapan terakhir. Jika tidak ada hujan itu selama dua tahun berturut-turut, hal tersebut menjadi yang pertama kali terjadi,” katanya.

Emisi sisa makanan
Kekeringan ekstrem yang melanda Eropa disinyalir merupakan dampak buruknya pengelolaan sampah makanan. Dikutip dari France 24, sistem makanan global berkontribusi terhadap 15 persen level pemanasan saat ini.

Sayangnya, hanya ada 1/3 dari rencana pengurangan emisi nasional, yang berada di bawah perjanjian Paris, memasukkan langkah pemotongan polusi karbon dari sektor agrikultur atau peternakan.

Sebuah studi yang dibuat Catherine Ivanovich dari Columbia University mengungkap, dibanding karbon dioksida, gas metana memiliki kecenderungan untuk menahan panas Matahari di atmosfer.

Mereka menemukan metana dari peternakan, sawah, dan makanan busuk menyumbang sekitar 60 persen emisi yang berkaitan dengan makanan. Di saat yang sama, karbon dioksida dari mesin, transportasi beserta nitrous oksida dari penggunaan pupuk kimia berlebih menyumbang 20 persen gas emisi.

Para pakar juga mengumpulkan data emisi karbon yang berasal dari hampir 100 makanan individu.

Tanpa perubahan signifikan dalam soal produksi makanan dan diet, konsumsi makanan global akan meningkatkan suhu permukaan Bumi mencapai 0,7 dan 09 derajat celsius di akhir abad ini.

0 Komentar