eumedangekspres – KPJ Disentil, Segelintir Tokoh di Sumedang Kesindir.
Statement Asep Sugian terkait Kawasan Perkotaan Jatinangor, memantik perdebatan dikalangan tokoh masyarakat. Tidak sedikit yang kesentil atas pernyataan Asep, namun tidak berani mengungkapkan kepada publik.
Desas-desus di WA Group maupun japri antartokoh, menunjukan ketidak sepakatan dengan pernyataan Asep, yang menyebut KPJ dikhawatirkan menjadi embrio, memisahkan diri dari Kabupaten Sumedang.
Bahkan, ada tokoh Jatinangor yang terkesan melecehkan media, karena menjadikan Asep sebagai narasumber berita.
Baca Juga:Wabup Sumedang Serahkan Laporan Keuangan, BPK RI: Mudah-mudahan KredibelTiga Pejabat Utama Polres Sumedang Diganti Yang Baru
Akantetapi, ketika dikonfirmasi, tokoh tersebut membantah telah melecehkan media, sebagaimana tersebar di japri kepada seseorang.
Yang disayangkan, tokoh masyarakat, enggan berkomentar di media, untuk menanggapi pernyataan Asep Sugian tersebut, dan terkesan menghindari atas pertanyaan terkait KPJ.
Sementara itu, soal KPJ Disentil, Segelintir Tokoh di Sumedang Kesindir,
Praktisi Hukum yang juga Direktur Eksekutif Konsorsium Putrajaya Raya, Asep Surya Nurgaha, justru menanggapi positif pernyataan Asep Sugian soal KPJ Disetil Tokoh Kesindir
Menurutnya, statement Asep bagus dimunculkan ke publik, sebagai bahan diskusi masyarakat terkait kelanjutan Perda KPJ.
Sebab, kata Asep, hingga saat ini pun sebagian masyarakat Jatinangor tidak mengetahui apa itu KPJ.
Olehkarenanya, setelah viral penyataan Asep, menjadi momentum mendiskusikan kelanjutan KPJ.
“Statement Asep Sugian ini cukup bagus untuk memantik diskusi bagi masyarakat Jatinangor.
Yang tadinya tidak peduli, bahkan tidak tahu tentang KPJ, kini jadi tahu,” jelasnya.
Baca Juga:SOPIR ANGKOT di Sumedang Siap- siap Pindah Rute, Ribuan Pegawai Negeri Akan Gelar Karnaval ASN BerakhlakKabupaten Bekasi Mencontoh Perumda Tirta Medal Sumedang
Lanjut Asep, sehingga pembahasan KPJ tidak hanya terkesan pembahasan di tingkat elite, baik itu Pemda, DPRD maupun, segelintir tokoh masyarakat Jatinangor.
Terkait, adanya tokoh yang terkesan melecehkan institusi media, CEO Tabloid Fokus Berita Indonesia
H Nono Mujianto sangat menyayangkannya.
Sebab, jika tidak setuju dengan penyertaan narasumber, maka siapapun bisa mendebat atau membantah di media lagi, bukannya melecehkan lembaga pers.
“Jika sudah melecehkan media dan juga narasumbernya, berarti orang yang disebut, tokoh itu tidak mengerti tentang kewenangan dan fungsi pers.
Atau juga bisa dikatakan dirinya merasa lebih hebat, atau lebih pintar dari narasumber yang dikutip oleh media.