Sejarah Jatinangor Sumedang Jaman Belanda

Sejarah Jatinangor Sumedang
Pembangunan gorong-gorong untuk KA di daerah Rancaekek, Jatinangor. 1916
0 Komentar

sumedangekspres – Sejarah Jatinangor Sumedang memiliki kekayaan sejarah sejak masa awal kolonial Hindia Belanda. Pada akhir abad ke-17, Belanda mendirikan pijakan di wilayah tersebut dan mulai menegaskan otoritas mereka atas penduduk setempat.

Era ini menandai dimulainya periode pemerintahan kolonial Belanda yang panjang dan sering penuh gejolak di Sumedang.

Selama ini, Belanda menerapkan kebijakan yang dirancang untuk mengeksploitasi sumber daya daerah dan memaksimalkan keuntungan mereka sendiri.

Baca Juga:Sejarah Jembatan Cincin SumedangSejarah Makam Marongge Sumedang

Ini termasuk pembentukan hubungan perdagangan dengan para pemimpin lokal dan promosi pertanian dan industri.

Jatinangor dengan tanahnya yang subur dan letaknya yang strategis menjadi pusat perdagangan dan perniagaan yang penting di wilayah tersebut.

Namun, kehadiran Belanda di Jatinangor bukannya tanpa perlawanan. Penduduk lokal sering menolak upaya Belanda untuk melakukan kontrol, dan sering terjadi pemberontakan dan pemberontakan melawan pemerintahan kolonial.

Meski melawan, Belanda mampu mempertahankan kendali atas wilayah tersebut selama beberapa abad, yang mengarah pada pengembangan lanskap budaya dan politik yang berbeda di Jatinangor dan Sumedang.

Saat ini, Jatinangor berdiri sebagai bukti warisan kolonialisme dan perlawanan yang abadi dalam sejarah Indonesia.

Warisan budayanya yang kaya dan lokasinya yang strategis menjadikannya sebagai pusat perdagangan, industri, dan pendidikan yang penting di wilayah tersebut.

Penjajahan Belanda Di Jawa Barat

Jawa Barat, seperti banyak daerah lain di Indonesia, mengalami masa penjajahan Belanda yang panjang.

Baca Juga:Sekilas Sejarah Darmaraja SumedangCara Daftar Indriver Motor Online

Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) hadir di Jawa dan bagian lain Indonesia pada abad ke-17 terutama untuk mengeksploitasi sumber daya dan membangun dominasi perdagangan di wilayah tersebut.

Di bawah pemerintahan kolonial Belanda, Jawa Barat menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi kekuatan kolonial.

Gubernur Jenderal saat itu, Van den Bosch, menerapkan sistem Cultuurstelsel, yang memaksa petani Jawa menanam tanaman seperti nila, teh, dan kopi untuk perkebunan milik pemerintah Belanda.

Praktik-praktik ini menyebabkan eksploitasi terhadap penduduk setempat yang dipaksa bekerja untuk para majikan Belanda dalam kondisi yang sulit.

0 Komentar