Sejarah11 Maret Apa Itu Supersemar

Apa Itu Supersemar
INDONESIA - MARCH 11: President Sukarno (R) of Indonesia walks with the Major General Suharto (L) March 11, 1966 in Idonesia. Sukarno, was obliged (ordered) by the Indonesia Army to give Major General Suharto Supreme Authority to restore order after the Sept. 30, 1965 murders of six Generals, Army Chief Nation's bodyguard and daughter, accused by the army of being led by the Indonesia Communist Party, (the PKI). General Suharto, not of high enough rank to be on the hit list, took over leadership of the army. Between October 1965 and March 1966, under Suharto's command, thousands of suspected and known communists were killed and imprisoned throughout Indonesia. In March 1976, the Indonesian Parliament (The People's General Assembly) stripped President Sukarno of all powers and appointed General Suharto as Acting President. Sukarno was placed under house arrest until his death in June, 1970. (Photo by Beryl Bernay/Getty Images)
0 Komentar

Dengan pergantian kekuasaan ke dalam tangan Orde Baru, semula harapan akan negeri ini menjadi stabil dan tumbuh normal dalam perekonomian memberi harapan besar.

Namun lambat laun, negeri ini menjadi Negeri Supersemar dengan segala eksesnya, bahwa siapa saja yang mengkritik pemerintah, dapat dianggap anti-Pancasila dan terhadapnya dapat diambil “tindakan yang dianggap perlu”. Media massa yang terlalu kritis dan dinilai mengganggu stabilitas nasional, terhadapnya “diambil tindakan yang perlu”, dibreidel misalnya.

Setelah 32 tahun kemudian, karena terlalu lama berkuasa, dalil Lord Acton berlaku,”Power Tends to Corrupt, Absolut Power Corrupts Absolutely”. Suharto dipaksa oleh keadaan mengundurkan diri dari jabatan Presiden karena terdesak oleh demonstrasi besar-besaran mahasiswa Angkatan 1998 dengan dukungan logistik dari masyarakat luas, dengan menduduki Parlemen. Sejarah Indonesia kemudian membuka lembaran baru: era Reformasi.

Baca Juga:Sejarah Islam Masuk Di IndonesiaSejarah Cengkeh Dijadikan Roko Di indonesia

Pasca Reformasi 1998, saat keran kebebasan berkumpul dan menyatakan pendapat di muka umum dibuka oleh Presiden Habibie, semua warisan Orde Baru digugat karena dianggap merupakan kebohongan.

Reaksi emosional semacam ini wajar karena sekian lama pendapat lain di luar pendapat pemerintah, ditekan. Pilar-pilar Negara seperti: Pancasila dan P-4, GBHN, Hari Kesaktian Pancasila, Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), lalu dicampakkan Tak terkecuali Film Pengkhianatan G.30S/PKI.

0 Komentar