Mitos Gunung Kunci Sumedang

Gunung Kunci Sumedang
Gunung Kunci Sumedang/pinterest
0 Komentar

sumedangekspres – Gunung Kunci Sumedang Salah satu objek wisata di Sumedang yang sangat digemari masyarakat lokal maupun luar daerah adalah Gunung Kunci. Gunung dengan ketinggian 485-665 mdpl ini terletak di Jalan Pangeran Sugihi di desa Kotakulon.

Setiap gunung memiliki misteri dan mitosnya masing-masing, seperti Gunung Kunci yang penuh dengan cerita misterius dan sejarah kolonial.

Sekilas, Gunung Kunci terlihat seperti gunung alam biasa. Tumbuh di pohon, terutama pinus, yang ditanam sejak tahun 1950-an.

Di dalamnya terdapat benteng bersejarah dari zaman penjajahan Belanda.

Baca Juga:Mitos Bendungan Jatigede SumedangMitos Benteng Gunung Kunci Sumedang

Mitos Gunung Kunci Sumedang tidak banyak orang yang tahu bahwa Mt. Kunci ini bukan asli gunung/perbukitan tapi buatan manusia untuk kebutuhan zaman Perang Kolonial Belanda.

Gunung Kunci merupakan salah satu benteng pertahanan terbesar bagi pemerintah Belanda yang didirikan antara tahun 1914 hingga 1917.

Taman Hutan Raya Kuncen Gunung Kunci, lantai 2 konon pernah menjadi tempat terjadinya tragedi kelam.

Karena dahulu masyarakat setempat mengatakan bahwa sumur kuno yang sangat dalam ini merupakan tempat pembuangan jenazah para leluhur dan pahlawan Indonesia yang dieksekusi.

Selain air mancur beton, tempat misterius lainnya di Gunung Kunci adalah Makam Suci. Menurut juru kunci, kuburan itu sebenarnya tidak berisi jenazah.

Ada lebih dari 628 jenazah leluhur yang hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Makam tersebut didirikan sebagai tanda penghormatan terhadap leluhur tersebut.

Di masa lalu, penjajah membangun benteng di situs ini dan kemudian menutupinya dengan tanah yang mirip dengan bukit untuk mempersulit musuh menemukannya.

Baca Juga:Sejarah Gunung Kunci Jaman Kolonial BelandaSumedang Larang Kerajaan Islam Di Pasundan

Tanahnya berasal dari bawah (daerah sekitar Gunung Kunci, disebut Lembur Panjunan) Pintu masuk benteng masih ada sampai sekarang. Orang-orang sekarang menyebutnya gua.

Saya sendiri memanfaatkan Gunung Kunci selama Ramadhan sebagai tempat rekreasi outdoor untuk pesantren anak, arena remaja dan sebagai tempat diskusi literasi.

Belakangan, bahkan ada yang menjadikan wisata Gunung Kunci ini sebagai situs pesta pernikahan dan film untuk membuat tutorial bahan pembelajaran online di masa pandemi ini.

0 Komentar