sumedangekspres– Mitos Jembatan Sewo Indramayu, jika Anda melintas jalur pantura antara Subang dan Indramayu, anda pasti akan menemukan fenomena menarik di jembatan yang bernama Jembatan Sewoharjo atau lebih dikenal dengan Jembatan Sewo.
Pasalnya setiap hari baik siang maupun malam terdapat banyak orang yang berada di pinggir jalan dengan membawa sapu lidi panjang, Mereka mengais rejeki saat pelintas jalan atau jembatan ada yang melempar uang recehan kepadanya.
Mitos Jembatan Sewo Indramayu, ada orang yang percaya bahwa dengan memberikan receh di jembatan Sewo akan terhindar dari marabahaya.
Ini tidak lepas dari dua mitos yang menyebabkan banyak pelintas jalan yang selalu melemparkan uang receh saat melintas jembatan Sewo.
Baca Juga:21 Daftar Hotel Termewah Sampai Termurah di Cianjur!Tempat Angker di Pati, Kerajaan Alam Gaib Sampai Tempat Pembantaian Massal!
Mitos pertama adalah karena cerita Saedah Saeni, yakni dua orang saudara kembar yang menjadi penari ronggeng yang mengingkari perjanjiannya dan berubah menjadi buaya putih.
Ayah Saedah dan Saeni yakni Sarkawi rencananya akan menunaikan ibadah haji tetapi di tengah perjalanan tergoda dengan seorang perempuan bernama Maemunah.
Sarkawi dan Maemunah akhirnya menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya di rumah. Isterinya di rumah ternyata sedang sakit keras sampai akhirnya meninggal dunia.
Setelah 7 bulan tidak pulang akhirnya dia pulang sambil membawa istri mudanya.
Setibanya di rumah dia terkejut karena isterinya sudah meninggal dunia. Sarkawi pun akhirnya memperkenalkan isteri mudanya kepada kedua anaknya yakni Saedah dan Saeni.
Sampai akhirnya isteri mudanya bisa akur dengan kedua anaknya tersebut.
Saat Sarkawi pergi mencari nafkah, Maemunah pun berangkat ke pasar. Sebelum pergi ke pasar Maemunah berpesan jangan sampai menggunakan uang dan beras yang ada di atas meja.
Tetapi karena lapar, beras yang ada di atas meja pun dimasak oleh Saedah.
Dan saat ibu tirinya datang tentu sangat marah dan mencaci maki keduanya.
Karena tidak tahan dengan perkataan dari ibu tirinya tersebut, Saedah dan Saeni pun pergi dari rumah. Karena merasa bersalah akhirnya Maemunah mengajak kedua anak tirinya berjalan-jalan ke kota. Tetapi ternyata ada niat jahat dari ibu tirinya untuk membuang kedua anak tersebut ke hutan.