sumedangekspres – Ini dia Sejarah Singkat Darmaraja Sumedang. Desa Darmaraja adalah sebuah desa di Kecamatan Darmaraja.
Karena desa Darmaraja memiliki nama yang sama dengan kecamatan, mencakup sebagian besar wilayah tengah kabupaten Darmaraja. Setidaknya bagian barat pusat regional ada di wilayahnya.
Darmaraja adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kawasan ini berjarak kurang lebih 25 km sebelah timur Sumedang, ibu kota kabupaten. Pusat pemerintahan terletak di Desa Darmaraja. Kawasan Darmaraja terletak di tepian waduk Jatigede.
Baca Juga:Sejarah Singkat Kisah Cinta Prabu Geusan Ulun dan Kisah Ratu HarisbayaSejarah Cipaku Darmaraja Sumedang yang Sudah Hilang Terendam
Sebagai sebuah wilayah, Dharmaraja mulai berkembang dengan perkembangan yang cukup pesat. Di sektor telekomunikasi, misalnya, operator telepon seluler telah menempatkan BTS mereka di kabupaten ini.
Darmaraja juga merupakan kawasan strategis dengan bus menuju beberapa kota. daerah Darmaraja. dipandu oleh jalur transportasi alternatif yang menghubungkan Keci melalui Wado dengan Garut dan Danau-danau di Limbang serta jalur Selatan Jawa.
Kecamatan Darmaraja merupakan salah satu kecamatan yang memiliki banyak situs cagar budaya Kerajaan Sumedang Larang, seperti Situs Sejarah Cipaku dan Makam Prabu Gajah Agung, Kecamatan Cihideung.
Darmarajan dilintasi Sungai Cimanuk yang membentang dari perbatasan Kabupaten Wado hingga Bendungan Jati Gede. Dan kemungkinan akan ada lebih banyak hambatan pariwisata di masa depan ketika proyek pengembangan Jatigede dilaksanakan.
Desa Darmaraja merupakan bagian dari wilayah daerah Darmaraja dan memiliki sejarah panjang terkait dengan nama daerah tersebut. Sejarahnya dimulai ketika Kerajaan Tembong Agung di bawah pimpinan Prabu Tadjimalela dan pusatnya di Leuwihideung.
Prabu Tadjimalela, yang memiliki tiga anak, berencana untuk membangun kota lain dan memberikan kesempatan kepada putranya Djaya Brata (Lembu Agung) untuk belajar mengelola negara.
Namun Djaya Brata tidak mau menerimanya dan memberikannya kepada adiknya Atma Brata (gajah besar). Atma Brata tidak terima, setelah itu mereka bertengkar dan berakhir dengan duel. Ini berakhir dengan kekalahan Djaya Brata (Banteng Besar).