Mereka juga melakukan tindakan kebaikan seperti memberikan sumbangan makanan, pakaian, dan bantuan kepada yang membutuhkan.
Sejarah perayaan Hari Raya Waisak bermula dari kehidupan Siddharta Gautama.
Ia dilahirkan pada tahun 563 SM atau 624 SM (tergantung pada sumber-sumber sejarah) di sebuah kerajaan kecil bernama Kapilavastu, yang sekarang berada di perbatasan antara Nepal dan India.
Setelah menghabiskan beberapa waktu dalam kemewahan sebagai seorang pangeran, Siddharta merasa terpanggil untuk mencari makna hidup yang lebih dalam.
Baca Juga:Kurangi Gejala GERD Dengan Lakukan Aktivitas IniPak Uu Bertekad Perjuangkan Tenaga Honorer Diangkat Jadi PPPK
Pada usia 29 tahun, Siddharta meninggalkan istananya dan menjadi seorang pertapa. Setelah bertahun-tahun mencari jalan menuju pencerahan, pada usia 35 tahun, Siddharta Gautama mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India.
Ia menjadi Buddha, yang berarti “Sang Pencerah.” Pada saat itu, Siddharta Gautama mencapai pemahaman yang mendalam tentang penyebab penderitaan manusia dan jalan menuju pembebasan darinya.
Perayaan Hari Raya Waisak juga mencakup peringatan Parinirvana Sang Buddha, yaitu saat kematian Siddharta Gautama.
Setelah mengajarkan ajaran-ajarannya selama beberapa puluh tahun, Sang Buddha meninggal dunia pada usia 80 tahun di Kushinagar, India.
Perayaan Hari Raya Waisak dilakukan di seluruh dunia oleh umat Buddha pada bulan purnama bulan Vesak (atau Waisak dalam bahasa Indonesia) dalam kalender lunar.
Tanggal pasti perayaan ini bervariasi tergantung pada tradisi dan kalender yang digunakan di setiap negara.
Selama perayaan ini, umat Buddha berkumpul di vihara (tempat ibadah Buddha) untuk melakukan upacara keagamaan, meditasi, dan memberikan sumbangan.
Baca Juga:Inilah Proses Terjadinya Aurora, Yuk Simak!Jangan lupa! Amati Peristiwa Langit “Super Blue Moon”
Salah satu praktik umum yang dilakukan selama perayaan Waisak adalah “pemberian dana” kepada yang membutuhkan.
Umat Buddha memberikan sumbangan makanan, pakaian, dan barang-barang lainnya kepada orang-orang yang kurang beruntung sebagai bentuk kebaikan dan pengabdian.
Perayaan Hari Raya Waisak adalah momen penting bagi umat Buddha untuk merenungkan ajaran Buddha, memperkuat spiritualitas, dan menginspirasi kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.