sumedangekspres – Mitos Gunung Hejo Purwakarta disebut sebagai salah satu tempat petilasan Prabu Siliwangi yang dapat ditemukan dengan mudah.
Aura mistis di Tol Cipularang ini sangatlah fenomenal, setiap tahun ada saja kecelakaan tragis yang terjadi di jalan tol ini khususnya di kilometer 97.
Mitos mengungkap, kecelakaan yang terjadi dari kilometer 90 hingga 100 sering dikaitkan dengan petilasan Prabu Siliwangi dan keberadaan makhluk gaib yang ada di Gunung Hejo.
Baca Juga:Mitos Situ Wanayasa PurwakartaMitos dan Sejarah Mbah Jawer Penunggu Jatiluhur Purwakarta
Nama Gunung Hejo mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Kabupaten Purwakarta.
Terletak di kawasan Darangdan, Gunung Hejo memiliki sejarah misterius sebagai tempat suci yang diyakini masyarakat secara turun-temurun sebagai peninggalan Prabu Siliwang.
Mitos Gunung Hejo Purwakarta Petilasan terletak kurang lebih Km 96 dari Jalan Tol Cipularang tepatnya di sisi kiri kota Bandung menuju Jakarta.
Anda bisa mencapai kawasan pegunungan Hejo dengan menaiki tangga di samping jalan tol. Jalur tersebut sebelumnya kedaluwarsa saat penanaman. Bentuk Petilasan menyerupai makam dengan batu terbungkus kain putih. Prabu Siliwang konon singgah di batu karang itu.
Saat ini sering menjadi tujuan para peziarah atau seseorang yang ingin bermeditasi dan berdoa kepada Allah SWT.
Peziarah biasanya datang ke tempat ini untuk berdoa dan membaca ayat-ayat suci Alquran.
Mitos Gunung Hejo Purwakarta
Dikatakannya, reruntuhan batu Gunung hejo tidak jauh berbeda dengan batu pada umumnya, hanya saja perbedaan tersebut terlihat memiliki kekuatan yang luar biasa. Hal itu terlihat pada pembangunan jalan tol Cipularang beberapa tahun lalu. Pengembang ingin jalan tol itu lurus melewati Gunung Hey.
Baca Juga:Legenda Gunung Cupu Purwakarta dan Kuda BersayapLegenda Gunung Bongkok Purwakarta
Namun, sesuatu yang aneh terjadi ketika teropong menjadi gelap dan alatnya rusak. Saya bahkan mencobanya dengan alat berat tetapi tidak berhasil.
Mengenai larangan Petilisan, kakek bernama Abah Kecrik berpesan agar tidak memetik dan memotong batang pohon tersebut. Ketika hal ini terjadi, dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, karena dianggap merusak alam.