“Artinya semua tindakan dan perilaku kita harus memperhatikan segenap aspek mulai dari nilai inti ajaran agama, budaya, adat istiadat serta norma kesantunan. Inilah fondasi dalam berkehidupan sosial yang harus dipahami oleh generasi muda,” kata Dr Aqua Dwipayana menegaskan.
Kemudian, nilai musyawarah untuk mufakat. Nilai ini menekankan pentingnya dialog, diskusi, dan mencapai kesepakatan melalui musyawarah dan mufakat. Dalam budaya Minangkabau, keputusan penting diambil melalui proses musyawarah dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Prinsip ini mencerminkan kearifan lokal dalam menghormati perbedaan pendapat dan mencapai keputusan bersama. “Tentu termasuk dalam menyelesaikan insiden pengusiran tersebut,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Selanjutnya adalah nilai gotong royong. Nilai gotong royong sangat kuat dalam budaya Minangkabau. Masyarakat Minangkabau terbiasa bekerja sama secara bergotong royong dalam berbagai kegiatan, mulai dari membantu tetangga dalam acara adat, membangun rumah, hingga mengadakan acara sosial. “Gotong royong mencerminkan kearifan lokal dalam semangat kebersamaan, saling tolong-menolong, dan kepedulian terhadap sesame,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Baca Juga:Rezeki dan Berkah Kehadiran Dr Aqua Dwipayana di Rumah Makan Bidadari 2Ridwan Kamil Banyak Cetuskan Program Pro Pesantren, Tak Gentar Ladeni Gugatan Panji Gumilang
Nilai budaya yang penting lainnya adalah “Di mana bumi diinjak, di sana langit dijunjung”. Ini ungkapan dalam bahasa Minangkabau yang memiliki makna filosofis. Mengandung arti bahwa kita harus menghormati dan menjaga keseimbangan antara diri kita dengan lingkungan dan masyarakat di sekitar kita.
“Makna filosofis dari ungkapan ini mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati tempat, lingkungan, dan masyarakat di mana kita berada. Kita diingatkan untuk menjaga keseimbangan dalam interaksi kita dengan dunia di sekitar kita. Artinya, kita harus menghormati dan menjaga lingkungan, nilai-nilai sosial, adat istiadat, hukum, dan tradisi yang ada di tempat tersebut,” pungkas Dr Aqua Dwipayana yang dalam berkomunikasi selalu santun dan menghargai latar belakang budaya pihak yang diajak bicara.*