Benda tersebut berukuran panjang 10,65 cm, bentuknya seperti boneka seram, memiliki kepala, badan, lengan, kaki, dan rambut tergerai sepanjang 30 cm. Ukuran setiap orang tampaknya proporsional.
Itu saja, ukuran kukunya dan taringnya yang sangat panjang. Taring yang menonjol hampir sepanjang kepala, kukunya juga panjang dan ramping, sehingga tidak mungkin membuat bulu tengkuk berdiri.
Maka, pada Kamis, 25 September 1997, makhluk jenglot itu dibawa ke RSCM untuk diperiksa kesehatannya.
Baca Juga:Batara karang Inilah Boneka Mistis Untuk Kesaktian!Ternyata Beginilah Kisah Sunan Kalijaga Menangkap Cahaya Petir Dengan Kris Kyai Sengkelat!
Ruang forensik dan rontgen RSCM mendadak dipenuhi tamu. Mereka antara lain tenaga medis, mahasiswa kedokteran, wartawan dan beberapa pengunjung rumah sakit yang ingin melihat penampakan jenglot yang disimpan dalam kotak kayu berukir.
Pakar forensik Budi Sampurna DSF dari FKUI-RSCM mengatakan pemeriksaan jenglot dengan latar belakang yang sudah dikenal masyarakat luas merupakan tantangan menarik bagi dunia kedokteran untuk membuktikannya dari sudut pandang ilmiah.
Menurut Dr. Budi, untuk membuktikan kemanusiaan jenglot, masyarakat akan melakukan pemeriksaan rontgen untuk mengetahui struktur tulang serta memeriksa komponen dasar kehidupan seperti C, H. . , O atau protein.
Untuk itu, ahli forensik mengambil sampel kulit atau daging jenglot dan seikat rambutnya.
Dr Djaya Surya Atmaja kemudian memotret dan mengukur berbagai bagian tubuh jenglot tersebut. Kemudian ahli radiologi Dr. Muh Ilyas memeriksa jenglot tersebut dengan rontgen.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa jenglot tidak memiliki struktur kerangka.
Hasil rontgen menunjukkan bentuk struktur seperti penopang dari kepala hingga badan.
Baca Juga:Inilah Sejarah Keris Mpu Gandring, Yang Di Anggap Membawa Petaka!Ternyata Beginilah Asal Mula Keris Jawa!
Selain itu, tidak ada jaringan kuku dan empat gigi yang tersisa. Untuk mendapatkan hasil yang lebih detail, jenglot diperiksa dengan scanner.
Ternyata jenglot tidak berstruktur manusia meski penampilannya mirip manusia. Dr. Djaja Surya Atmaja, PhD, dari Universitas Indonesia juga melakukan survei terhadap jenglot.
Berdasarkan hasil pengujian, sampel kulit jenglot yang diperiksa menunjukkan ciri DNA manusia (asam deoksiribonukleat). Namun Djaja menolak anggapan itu seolah-olah mengakui jenglot itu sebagai manusia. Karena penyelidikan bisa salah karena sampel terkontaminasi.