sumedangekspres- TOMO – Seluas 117 Hektar sawah di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo tidak dapat ditanami akibat musim kemarau berkepanjangan. Luasan tersebut merupakan seluruh sawah yang ada di Desa Jembarwangi.
Hal itu dikatakan Kepala Desa Jembarwangi, Pitriani Dewi kepada Sumeks, Rabu (6/9).
“Sawah di kami merupakan sawah tadah hujan. Sehingga, saat musim kemarau tiba, dipastikan sawah tidak dapat ditanami,” ujar Pitriani Dewi.
Baca Juga:Dua Atlet Paralayang Tersangkut di PohonNiat Nyuri Kotak Amal, Motor Pelaku Raib
Disebutkan, lahan sawah tidak dapat ditanami di Desa Jembarwangi saat musim kemarau dikarenakan tidak adanya irigasi. Selain itu, aliran Sungai Cibayawak tidak sampai ke wilayah Desa Jembarwangi saat musim kemarau tiba.
“Kalau nanti pembangunan embung terwujud, kemungkinan pengairan sawah di wilayah Desa Jembarwangi dapat terbantu. Namun, saat ini belum terwujud sehingga sawah mengalami kekeringan,” jelasnya.
Ditegaskan, pihak Pemdes Jembarwangi telah mengupayakan pembangunan embung terwujud. Sehingga, dapat mensejahterakan para petani.
Terkait ketersediaan air bersih di Desa Jembarwangi, diakui masih cukup. Namun, harus dicari dari mata airnya.
“Karena, debit air di mata air sudah mulai berkurang. Sehingga, mengharuskan warga mencari air untuk memenuhi kebutuhannya sehari-harinya,” jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan data dari UPTD Pertanian Wilayah Tomo dibenarkan bahwa di wilayah Desa Tolengas, Marongge, Jembarwangi, Darmawangi dan Mekarwangi rata-rata memiliki sawah tadah hujan sehingga saat kemarau panjang tidak dapat ditanami.
Berikut Luasan Tadah Hujan di Desa Darmawangi 90 Hektar, Desa Marongge 165, Desa Mekarwangi 50, Desa Tolengas 153 dan Desa Jembarwangi 96.
Baca Juga:Kualitas Mutu Guru Terus MeningkatSemangat Pemuda Sejahterakan Warga
Saat ini, untuk pengairan sawah di kelima desa tersebut UPTD Pertanian wilayah Tomo sedang mengupayakan pipanisasi dan mesin pompa dengan memanfaatkan potensi Sungai Cilutung.
“Kalau memakai irigasi tidak akan kuat lama sebab dipastikan hancur saat musim kemarau. Irigasi bisa pecah-pecah disebabkan panas yang berlebih,” kata salah satu petugas di UPTD Pertanian Wilayah Tomo. (bim)