Mengulas Sejarah Desa Cipaku Darmaraja Sumedang

Mengulas sejarah Desa Cipaku Darmaraja Sumedang
Mengulas sejarah Desa Cipaku Darmaraja Sumedang
0 Komentar

sumedangekspres – Mengulas sejarah Desa Cipaku Darmaraja, Cikal bakal Sumedang, Cipaku berasal dari kata Ci dan Paku dimana Ci artinya Cahaya dan Paku artinya Pakuning Alam, Paku Alam, Paku Kesadaran, Paku Pengikat Alam Semesta ditandai Batu Satangtung, Linggayana, Lingga Hyang, Linggih, Hadir.

Cipaku adalah Cahaya Alam Pakuning, Cahaya Tuhan yang hadir dalam dirinya dan di Alam Semesta.

Cipaku merupakan ilmu atau metode realisasi diri dan Tuhan Yang Maha Esa yang diamalkan oleh nenek moyang orang Kepulauan pada masa lampau.

Baca Juga:Bandung Surga Perhiasan dan Aksesoris Terbaru Banyak Brand Lokal yang Seperti Brand InternasionalMengulas Sejarah Pembangunan Lingga Menjadi Simbol Sumedang

Tempat dimana nenek moyang mengetahui tentang Jatidiri (dunia mikro/diri) dan Jatigede (Makro/Tuhan Yang Maha Esa) disebut dengan Cipaku, yang jejaknya dapat dilihat di beberapa daerah yang masih disebut daerah Cipaku.

Cipaku Darmaraja Sumedang mendapatkan namanya dari pembangunan Bendungan Jatigede yang menenggelamkan 25 situs sejarah di Sumedang, bagian dari kawasan Cipaku Sumedang.

Sejak dua tahun banjir Bendungan Jatigede, ada satu situs Cipaku Sumedang yang bertahan tanpa tenggelam, yakni situs Astana Gede Cipaku yang seharusnya tenggelam 10 meter di atas permukaan air bendungan.

Dengan tidak tenggelamnya Astana Gede Cipaku yang terletak di pinggir Bendungan Jatigede, barangkali merupakan pesan Ilahi/universal bahwa Tuhan Yang Maha Esa masih mengizinkan Incu Putu Cipaku untuk merawat situs Astana Gede Cipaku.

Sebagaimana kita ketahui, nenek moyang Cipaku aslinya adalah Ngahyang di Kalanggengan dan tidak terpengaruh oleh unsur-unsur alam semesta yaitu air, bumi, tanah dan angin. Bahkan menurut Pantun Buhun Cipaku, mereka diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebelum alam semesta diciptakan.

Kami Incu Putu Cipaku berharap tetap bisa berziarah ke situs Astana Gede Cipaku untuk mengagumi Yang Maha Kuasa dan mengenal Jatidiri dan Jatigede, diri sendiri dan Tuhan Yang Maha Esa.

Simbol Batu Satangtung, Linggahyang, Linggih yang merupakan Simbol Hadirnya atau Nangtungnya Cahaya Tuhan di dalam diri dan alam semesta merupakan bukti peninggalan sejarah bahwa Para Leluhur Nusantara dahulu memiliki pemahaman spiritual yang cukup tinggi.

Baca Juga:Orang Bandung Wajib Tau Sejarah Kota BandungMengulas Sejarah Waduk Jatigede Sumedang

Barangkali sudah semestinya kita sebagai Incu Putu Cipaku merawat dan menjaga Pusaka Peninggalan Leluhur Cipaku Nusantara ini sebagai bekal kita membangun peradaban baru yang lebih baik dari sebelumnya, dinu kiwari ngancik nu bihari, seja ayeuna sampeureun jaga, tidak ada sekarang kalau tidak ada dahulu, yang sekarang untuk menyongsong masa depan, Ngindung ka waktu, mibapa ka Zaman.

0 Komentar