sumedangekspres – Mengenal kopi sejak kecil, membuat Wulan Astuti petani milenial menjadi pengusaha kopi dari hulu ke hilir, mulai budidaya hingga pemasaran ke luar negeri.
Petani Milenial asal Kampung Cikubang Desa Pusakamulya Kecamatan Kiarapedes Kabupaten Purwakarta, mengenal kopi dari ayahnya, yang dulunya sebagai pengepul kopi dan buah-buahan.
Sejak kecil, Wulan membantu ayahnya mengepul kopi dari para petani.
Sayangnya, kopi yang dikepul merupakan kopi kejabruk atau campuran, tanpa melalui proses sortir, baik tingkat kematangan bahkan jenis robusta dan arabika.
Baca Juga:Tranformasi BRI Berbuah Sukses, ICAII 2023 Anugerahkan Special Award “Bank dengan Transformasi Digital Kategori Sustainability”Coca-Cola Europacific Partners Indonesia Ingatkan Pentingnya Pilah Sampah Melalui Aksi Bersih-Bersih Serentak di 10 Kota
“Saya tahu kopi dari kecil, ketika ayah saya menjadi pengepul kopi. Dulu semua kopi tercampur aduk yang bisa disebut kejabruk,” kata Wulan.
Wanita kelahiran tahun 1995 ini, mulai serius terjun ke dunia kopi pada tahun 2016. Wulan mulai melakukan penyortiran kopi yang dikepul ayahnya.
Dari mulai tingkat kematangan harus petik merah, hingga jenis kopi arabika, robusta dan liberika yang saat ini sedang dikembangkan.
Kopi yang ditampung Wulan sekarang, petik merah buah kopi untuk tingkat kematangannya.
Kemudian, proses perambangan yang kopong pun dipisahkan hingga kemudian pengeringan.
Hal itu tidak mudah, karena harus mengedukasi petani, yang sebelumnya memetik buah kopi yang masih muda atau hijau, bahkan tidak peduli jenisnya, yang menyebabkan merusak kualitas produksi kopi.
“Ketika dipisah dan melakukan penyortiran, yang awalnya menjual arabika hanya Rp20.000 paling mahal,
kini harganya Rp75.000 per kilo untuk kopi arabika petik merah dan sudah proses pengeringan,” katanya.
Menginjak tahun 2017, Wulan mulai belajar me-roasting kopi di Cirebon.
Baca Juga:Beri Makna Indonesia! BRI Berhasil Antar UMKM Temukan Ketangguhan BaruFundamental Kuat, BRI Optimis Tumbuh Berkualitas
Alumni Unswagati yang saat ini menjadi UGJ, membawa kopi hasil produksinya dari Purwakarta dan sempat berjualan kopi di Cirebon.
Setelah lulus tahun 2019, Wulan kembali ke Purwakarta untuk melakukan budidaya kopi.
Pohon kopi yang sudah lama pun diremajakan kembali, hingga rebutan kokoak atau bibit kopi dari pohon induk.