Dalam konteks ekonomi hijau, Ada dua risiko utama yang harus di-manage, itu adalah physical risk dan transition risk.
Challenge terbesar buat bank itu adalah bagaimana mengelola transition risk.
Ini nilainya besar sekali dan itu nggak mungkin ditanggung sendiri oleh bank.
Bahkan harus ada kolaborasi baik dari pemerintah, bank, industri, dan para pihak terkait,” jelasnya.
Baca Juga:Aplikasi Penghasil Uang, Cara Mudah Meningkatkan PenghasilanMAGER – Game Penghasil Uang, Berikut 3 Game Penghasil Uang
Untuk itu, Perseroan menerapkan manajemen risiko yang lebih intense dalam menyalurkan kredit ke sektor hijau,
diantaranya adalah melakukan climate change scenario analysis dengan standar internasional,
serta menyusun credit policy per sektor, yaitu untuk sektor palm oil dan pulp & paper.
Selain risiko yang tinggi, Solichin juga menjelaskan bahwa ketersediaan green project di Indonesia saat ini juga masih terbatas.
Untuk itu, peran dari Pemerintah dan pelaku industri menjadi hal yang penting dalam meningkatkan porsi green project di Indonesia.
Adapun di tataran operasional, implementasi ESG roadmap BRI mengutamakan dua hal, yaitu People dan Business Process.
“Operasional kita nggak akan pernah optimal ketika kita nggak meng-address isu mengenai manusianya,” tegas Solichin.
BRI juga mendorong pekerjanya dalam mendukung pencapaian Net Zero Emission target, antara lain melalui inisiatif Eco-Operational Efficiency Program,
seperti penggunaan kendaraan operasional listrik dan instalasi solar panel di unit kerja BRI.
Baca Juga:BRI Dukung Penyelenggaraan Istana Berbatik Gaungkan Pemberdayaan UMKM Batik sebagai Warisan DuniaBRI dan SRCIS Kolabs Ekosistem Toko Kelontong, Dagang Lebih Mudah & Praktis
Di samping itu juga terdapat inisiatif Sustainability Culture Program untuk menginternalisasi budaya keberlanjutan kepada seluruh pekerja BRI.
Selain meningkatkan literasi ke pekerja, BRI juga mengajak masyarakat, terutama Desa BRILiaN dan nasabah KUR BRI untuk menjaga lingkungan dan mendukung NZE melalui program BRI Menanam.
Dalam hal ini, menurut Solichin, BRI melibatkan berbagai stakeholder terlebih masyarakat, di mana perseroan mengambil pula porsi literasi.
Hal tersebut dilakukan mengingat literasi menjadi penting dan tentu tidak bisa menjadi tanggung jawab dari pemerintah saja, tapi industri juga harus berperan besar.
“Literasi yang kami lakukan adalah kepada pekerja, nasabah, dan juga kepada masyarakat.
Jadi intinya, kalau kita bicara target 2060, kami di BRI yakin bahwa itu akan bisa tercapai dengan kolaborasi dan dukungan dari seluruh para pemangku kepentingan,” tutup Solichin.