Maka, jangan melihat Dr Aqua Dwipayana saat ini, sosok mapan, mandiri, berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Dengan cucuran keringat dan air mata, pria yang gigih dan ulet ini bisa menyelesaikan kuliah S1 di Universitas Muhammadiyah Malang. Kuliah sambil bekerja sebagai wartawan di berbagai media.
Keprihatinan, kegigihan, dan tempaan kerasnya kehidupan masa lalu membuat Dr Aqua Dwipayana menjadi manusia yang berbeda dari kebanyakan orang sukses lainnya. Tetap selalu mengingat masa lalunya yang susah dan harus berjuang keras untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Salah satu perjuangannya pada tahun 1988 – 1990 saat masih kuliah sambil kerja sebagai wartawan, Dr Aqua Dwipayana setiap hari harus jalan kaki rata-rata 15 km di Kota Malang untuk mencari berita. Itu dilakukannya karena tidak punya motor. Setiap hari paling lambat meninggalkan tempat kosnya pukul 07.00 dan paling cepat kembali pukul 22.00. Untuk mengirit biaya transportasi pria yang hobi membaca ini lebih sering tidur seadanya di kantor tempatnya bekerja.
Baca Juga:ASN Teladan Nasional Asal Jembrana Kagumi Sosok Dr Aqua Dwipayana yang Sangat Rendah Hati dan Santun Meski Kerap Berikan Pertolongan dan Hadiah kepada Banyak KalanganGolkar Mesti Realistis, Kader Beringin Ingin Ridwan Kamil Bertarung Jadi Cawapres
Kesuksesan tidak membuatnya takabur, sombong, dan merendahkan orang lain. Bahkan begitu mudah membantu sesama dengan caranya yang khas. Bukan hanya lembaran rupiah secara kontan, tetapi sering memberikan berbagai fasilitas akomodasi dan bantuan lainnya kepada banyak orang.
Selain jalan-jalan ke berbagai objek wisata, juga sering memberikan hadiah berupa ibadah yang merupakan impian semua umat muslim, yaitu umroh. Telah dibagikan ke ratusan orang baik di dalam negeri maupun mancanegara.
Paling Utama Kesehatan
Apa yang disampaikan kepada teman-temannya yang dulu menahannya berhenti bekerja, terbantahkan sudah. Dr Aqua Dwipayana dengan keyakinan, tekad, dan perjuangannya kini merasakan benar “kemerdekaan” sejati.
Keyakinannya terbukti. Selama 18 tahun atasan satu-satunya hanya Allah Swt, kualitas kehidupannya dari berbagai aspek jauh lebih baik dibandingkan saat masih menjadi karyawan.
“Saya bisa meneruskan pendidikan hingga mentok ke jenjang S3 dengan biaya sendiri. Semuanya linier Ilmu Komunikasi. Begitu juga rezeki dalam bentuk materi terus mengalir. Sama sekali tidak pernah kekurangan. Bahkan sering lebih sehingga bisa berbagi pada sesama yang membutuhkannya. Bagi saya rezeki itu tidak semata-mata materi. Hal tersebut bagian kecil dari rezeki,” ucap Dr Aqua Dwipayana.