sumedangekspres – SMPN 8 Sumedang menerapkan kurikulum Merdeka Berubah, sesuai Intruksi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun ajaran 2023 2024.
Hal ini disampaikan Kepala SMPN 8 Sumedang Hj Yeti Semiati SPd saat ditemui Sumeks di kantornya, baru-baru ini.
Hj Yeti menuturkan, untuk Kurikulum Merdeka di SMPN 8 Sumedang terkendala dengan sarana prasarana.
Baca Juga:Implementasi Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam kegiatan akademik dan non-akademik di UPI Kampus SumedangBawaslu Sumedang Genjot Kapasitas dan Kapabilitas SDM
Meskipun ada Platform Merdeka Mengajar (PMM), namun belum sepenuhnya bisa dilaksanakan oleh para guru.
“Perlu dorongan dan motivasi karena ada paradigma berpikir, bahwa sarana itu hanya dari buku paket saja, padahal dari PMM itu banyak sekali fitur-fitur yang bisa dibawa atau diambil atau menjadi referensi bagi guru sebetulnya.
Seperti ada 2000 media pembelajaran, praktik baiknya seperti apa, terus komunitas seperti apa,” jelasnya.
Dia mengatakan, pihak sekolah berusaha untuk mengingatkan dengan engaktivasi PMM yang merupakan aplikasi referensi, untuk menggali Kurikulum Merdeka.
“Jadi kalau gurunya inovatif dan progressnya baik, itu bisa diikuti dan bisa dibuka di aplikasi PMM tersebut, karena semuanya sudah tersedia di sana,” ucapnya.
Ia berharap, ada kemerdekaan untuk sekolah bebas menentukan tema-tema yang tercantum dalam Perojek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Karena temanya kan bisa berubah itu bisa berubah misalnya SMP yang satu akan beda dengan SMP yang lain, di SMPN 8 Sumedang mengambil tema untuk P5 nya adalah kearifan lokal, dengan menggali potensi menari Tarawangsa dan itu ada korelasinya bersinergi dan berkolaburasi dengan gerakan seniman masuk sekolah,” ucapnya.
Baca Juga:Ratusan Warga Trunamanggala Dapat Bantuan BerasPemilu, Adang: Jangan Tergiur Politik Uang
Terkait dengan Guru Penggerak, lanjut dia, ini menjadi kendala di SMPN 8 Sumedan karena di SMPN 8 75 persensenya guru itu yang manula yang usianya 50 tahun ke atas apalagi tahun 2023. Tapi ia sebagai Kepala Sekolah berusaha mendorong adanya Guru Penggerak.
Untuk guru yang masih muda itu sudah terus didorong untuk keluar dari zona nyaman atursn Kurikulum 2013, untuk ikut jadi Guru Penggerak di Kurikulum Merdeka, karena itu Suay keharusan,” kata Hj Yeti.