Ia dianggap sebagai pelindung dan penyokong bagi mereka. Kisah rakyat menyebutkan bahwa Kyai Petruk bermukim di daerah yang sekarang dikenal sebagai Tegal Sruni, di Kecamatan Selo.
Dalam cerita rakyat, Kyai Petruk adalah anak bungsu dari empat bersaudara.
Ia diberi nama Mbah Petruk karena postur tubuhnya yang tinggi dan langsing, menyerupai tokoh Petruk dalam dunia pewayangan.
Sejak kecil, ia menunjukkan sifat-sifat aneh yang membedakannya dari saudara-saudaranya.
Baca Juga:Hasil Foto Dari Samsung Galaxy Z FlipSamsung Galaxy Z Flip 5G: Meretas Batasan Fotografi
Kisah kepergiannya yang misterius membuatnya dikenal sebagai sosok gaib. Ketika akan dikhitankan oleh kakaknya dan diharuskan mandi, ia lenyap secara tiba-tiba di depan keluarganya.
Keluarga yang bingung mencari tahu ke mana ia pergi, akhirnya mendengar suara gaib yang mirip dengan suara Kyai Petruk.
Suara gaib itu menjelaskan bahwa Kyai Petruk telah menjadi penguasa Gunung Merapi di alam halus dan tidak bisa lagi berkumpul dengan keluarganya.
Pesan dari suara gaib itu adalah bahwa jika sang kakak ingin bertemu dengan Kyai Petruk, ia harus menyajikan minuman kopi gula jawa dan jadah bakar, serta makanan lainnya dalam upacara selamatan.
Tradisi ini terus berlanjut hingga generasi cucunya. Ketika menghadapi kesulitan atau akan mengadakan upacara selamatan, mereka akan menyajikan sesaji seperti yang diajarkan oleh Kyai Petruk.
Bahkan hingga saat ini, masyarakat Selo masih mengalami kunjungan tak terduga dari Kyai Petruk, yang memberikan peringatan terkait potensi bencana yang akan datang, terutama yang berhubungan dengan Gunung Merapi.
Kisah ini adalah perpaduan antara realitas dan mitos, yang memperlihatkan bagaimana manusia mencari makna dalam alam semesta yang misterius.
Baca Juga:Kamera Super Samsung Galaxy A54 5GCara Daftar Pesantren Ning Umi Laila, Bisa Dapet Beasiswa Ternyata
Melalui cerita ini, Mbah Petruk tidak hanya menjadi penjaga Gunung Merapi, tetapi juga simbol kesatuan antara manusia dan alam.
Setiap tindakan mereka, seperti menyajikan sesaji, mencerminkan rasa hormat kepada alam dan upaya untuk menjaga keseimbangan dengan alam semesta yang begitu kuat.
Dalam era modern ini, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi mendominasi, legenda Mbah Petruk tetap hidup sebagai pengingat akan kekuatan alam dan hubungan manusia dengan alam.
Ketika awan yang menyerupai Mbah Petruk muncul di langit Gunung Merapi, masyarakat setempat melihatnya sebagai pesan dari alam, mengingatkan mereka akan potensi bahaya dan kekuatan alam yang perlu dihormati.