Media Asing Sebut Demokrasi RI Telah Mati Saat Gibran Maju Jadi Cawapres

Media Asing Sebut Demokrasi RI Telah Mati Saat Gibran Maju Jadi Cawapres
Media Asing Sebut Demokrasi RI Telah Mati Saat Gibran Maju Jadi Cawapres/Tangkap Layar: sumedang ekspres
0 Komentar

Terutama manuver Jokowi yang dinilai merestui dan mendoakan keluarganya juga terjun ke dunia politik.

Adi juga menilai media asing itu juga terlihat menyoroti putusan MK yang kontroversial yang dijadikan parameter penilaian demokrasi Tanah Air.

Kritik pihak luar itu mesti dilihat sebagai vitamin untuk perbaikan.

Sebelumnya, sorotan media mancanegara sudah pernah mengarah kepada Presiden Jokowi.

Laman TIME mengunggah artikel berjudul “Indonesian Presidential Candidate Names Current President’s Son as Running Mate.”

Baca Juga:OOTD Gamis Abu-abu Polos: Tampilan Elegan, Sederhana Tapi Tetap MemukauCelana Sage Green Cocok dengan Baju Warna Apa ? Panduan Fashion untuk Tampil Stylish

Artikel yang tayang pada Senin (23/10/2023) pukul 03.05 EDT itu secara khusus mengupas peluang Jokowi tetap memainkan pengaruhnya setelah masa kepresidenannya berakhir tahun depan.

TIME menulis Jokowi sudah berkali-kali menepis anggapan soal Presiden Ketujuh RI itu cawe-cawe pada penentuan capres-cawapres.

Namun, Gibran sebagai wakil presiden bisa memberikan kesempatan kepada Jokowi untuk memainkan peran penting dalam mengarahkan negeri dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara setelah periode keduanya berakhir pada Oktober 2024.

Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi, telah menciptakan getaran dalam dunia politik Indonesia dengan mengumumkan majunya sebagai calon wakil presiden (cawapres) dalam pemilihan presiden 2024, mendampingi Prabowo Subianto.

Keputusan ini telah menimbulkan berbagai reaksi, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga dari berbagai media asing.

Salah satu media asing yang memberikan sorotan tajam terhadap langkah politik Gibran adalah Handelsblatt, media asal Jerman.

Mereka menganggap majunya Gibran sebagai langkah Presiden Jokowi untuk membangun dinasti politik di Indonesia.

Baca Juga:Brokat Pink Cocok dengan Jilbab Warna Apa ? Yuk Tampil Chic dan EleganSerba-Serbi Aktivitas Partai Politik Jelang Pemilu 2024 di Medsos

Pada pandangan mereka, langkah politik ini tidak hanya kontroversial tetapi juga dianggap merusak demokrasi di Indonesia.

Handelsblatt juga menyoroti peran Mahkamah Konstitusi (MK) dalam keputusan tersebut. Keputusan MK yang memungkinkan individu muda yang memiliki pengalaman politik di tingkat daerah seperti Gibran untuk maju sebagai cawapres dianggap sebagai tindakan yang memicu kontroversi.

Para kritikus menuduh pengadilan melakukan nepotisme dengan mendukung keluarga presiden, mengingat bahwa hakim konstitusional tertinggi memiliki hubungan keluarga dengan Jokowi dan Gibran.

Keputusan MK yang dipimpin oleh Anwar Usman, adik ipar Jokowi dan paman Gibran, telah menjadi fokus perhatian dalam diskusi ini. Media asing, khususnya Handelsblatt, menganggap bahwa keputusan ini merongrong prinsip demokrasi dan meresahkan pengamat politik internasional.

0 Komentar