“Dulu, pada awal tahun 2000-an, yang disebut asli Cilembu adalah nirkum, tetapi jenis nirkum itu memiliki kepekaan tertentu pada ubinya. Artinya, dalam hal lahan, nirkum membutuhkan lahan setelah panen padi dan menjelang musim kemarau,” ungkap Ujang.
Sementara itu, jenis rancing, yaitu lahan bekas tanam jagung atau ubi yang kemudian ditanami kembali dengan ubi, lebih fleksibel. Jadi, jika terus mengembangkan jenis ubi asli, kebutuhan pasar tidak akan terpenuhi, terutama karena panen nirkum memakan waktu 6 bulan. Sedangkan panen jenis rancing kurang dari lima bulan sudah dapat dilakukan,” lanjutnya.
Dalam menjalankan bisnis ubi ini, Ujang menjalin kerja sama dengan bandar dan petani. Ia menyadari bahwa tidak mungkin memperoleh ubi sejumlah tersebut secara mandiri, karena tidak akan mencapai target panen yang diinginkan.
Baca Juga:Hujan Romantis Sore Hari di Sumedang, Ini Prakiraan Cuaca Sumedang Hari Jum’at 24 November 20244 Gunung di Sumedang ini Punya Kekuatan Spiritual : Akses Lalu Lintas Leluhur Sumedang
“Untuk ubi yang kita dapatkan, bukan hasil panen sendiri, melainkan hasil kerja sama dengan bandar dan petani. Misalnya, jika dalam satu bulan hasil panennya mencapai 50-60 ton, itu berarti kebutuhan untuk satu hari adalah satu ton. Meski begitu, kita harus panen dua ton agar bisa mencapai target, karena itu kita bekerja sama dengan petani,” ujar Ujang.
Soal harga jual, saat ini kualitasnya sangat bagus. Dari bandar, harganya bisa mencapai Rp.7 ribu per kilogram, sedangkan kepada konsumen dan kios-kios, harganya berkisar antara Rp.9 ribu hingga Rp.10 ribu per kilogram. Untuk pasar spesifik , kami jual dengan harga Rp.11 ribu hingga Rp.12 ribu,” tambahnya.
Sebagai penutup, Ujang menyampaikan harapannya untuk masa depan usaha ubi Cilembu miliknya. Ia berharap agar bisnis ini terus berkembang, memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, memperkuat citra Sumedang sebagai produsen unggulan, dan memberikan kontribusi berupa lapangan pekerjaan.
Harapan ke depannya, semoga ubi Cilembu ini dapat lebih maju. Selain membangkitkan perekonomian masyarakat setempat, khususnya di Sumedang, menjadikan ubi sebagai produk unggulan Sumedang, memberikan nama baik bagi daerah, sedikit demi sedikit kita juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di dekatnya, dan mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat,” tutup Ujang.