sumedangekspres– Mia penyelamat naskah kuno di Sumedang, Naskah kuno menjadi bagian cukup penting dalam sebuah peradaban.
Namun persoalannya tidak banyak orang yang tertarik untuk mempelajari, memahami atau menerjemahkan sebuah naskah kuno yang mengandung nilai-nilai berharga bagi sebuah bangsa.
Nah di Kabupaten Sumedang, ada salah seorang guru yang bergelut dan berkecimpung dalam bidang tersebut. Ia juga merupakan anggota dari Tim Filolog Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Bahasa Sunda Kabupaten Sumedang.
Ia adalah Mia Sugiarti, seorang guru bahasa Sunda dari SMPN 1 Rancakalong. Ia juga diketahui seorang Presenter Bahasa Sunda dari salah satu televisi lokal di Sumedang dan anggota dari Taji Larang atau Komunitas Pelestari Warisan Adat Budaya berupa Benda, Lisan, dan Tulisan.
Baca Juga:Kampanye dimulai hari ini di Sumedang: KPU himbau untuk taati peraturan!Oli bekas jangan dibuang! Benarkah Limbah oli bekas bisa jadi uang?
Ia turut terlibat dalam menerjemahkan beberapa naskah kuno seperti di antaranya naskah Carios Babad Awak Salira dan Kitab Waruga Jagat, Prabu Siliwangi.
Naskah Carios Babad Awak Salira sendiri merupakan sebuah naskah kuno yang isinya menjelaskan tentang ajaran Tasawuf yang disampaikan secara ringan berdasarkan contoh kehidupan masyarakat Sunda.
Ketertarikan Mia pada sebuah berawal saat dirinya kuliah di Universitas Padjadjaran dengan mengambil jurusan Sastra Sunda.
Pada awal semester ada mata kuliah filologi, salah satu mata kuliah yang mengungkap hasil budaya suatu bangsa melalui kajian bahasa pada peninggalan masa lampau dalam bentuk tulisan yaitu berupa naskah kuno, yang isinya memuat berbagai macam pengetahuan dan informasi yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari bahkan untuk bekal di masa yang akan datang
Selain itu, ketertarikannya pada sebuah naskah kuno lantaran terpacu oleh lingkungan tempat tinggalnya yang masih banyak menyimpan naskah kuno yang belum diterjemahkan bahkan beberapa di antaranya terabaikan.
Menurut penuturan warga bahkan ada naskah yang tidak sengaja dibakar karena dipercaya mengandung nilai magis yang dapat membahayakan apalagi dilihat dari bentuk fisiknya yang sudah usang dan tulisannya tidak mereka pahami, untungnya sudah ada upaya dari tim filolog MGMP yang bekerja sama dengan Disparbudpora sehingga beberapa naskah sudah berhasil diselamatkan yang pada akhirnya akan diteliti