sumedangekspres – Yuk simak artikel tentang Sumedang dulu kerajaan apa.
Kerajaan Sumedang Larang merupakan salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Jawa Barat dan memiliki sejarah yang cukup panjang.
Dalam catatan sejarahnya, kerajaan yang pertama kali didirikan pada abad ke-8 ini sempat mengalami beberapa kali perubahan nama.
Selain itu, Kerajaan Sumedang Larang mengalami tiga periode kekuasaan, yakni menjadi bawahan Kerajaan Sunda-Galuh, menjadi kerajaan Islam berdaulat, dan menjadi kabupaten di bawah Kerajaan Mataram Islam.
Baca Juga:Kabupaten Sumedang Raih Penghargaan dalam Apresiasi Jawara Ekonomi Digital (Ajeg) 2023Akibat Longsor, Jalan di Desa Cijambu Tanjungsari Hampir Terputus
Sejarah awal Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan Kerajaan Sunda-Galuh yang bercorak Hindu.
Kerajaan ini awalnya bernama Tembong Agung, yang didirikan oleh Prabu Aji Putih pada abad ke-8 atas perintah Prabu Suryadewata. Pusat pemerintahannya berada di Citembong Karang, yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Sumedang.
Kemudian saat Prabu Tajimalela, putra Prabu Aji Putih, mewarisi takhta, nama kerajaan diubah menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam.
Prabu Tajimalela pernah berkata “Insun medal, insun madangan”, yang artinya “Aku dilahirkan, aku menerangi”.
Sementara kata Sumedang berasal dari kata Insun madangan, yang berubah pengucapannya menjadi sun madang, dan selanjutnya berubah menjadi Sumedang.
Prabu Tajimalela kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Prabu Gajah Agung. Dari Kerajaan Tembong Agung hingga akhirnya menjadi Kerajaan Sumedang Larang, status kerajaan ini adalah menjadi bawahan Kerajaan Sunda-Galuh, yang nantinya bergabung menjadi Kerajaan Pajajaran.
Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai pemerintahan Kerajaan Sumedang Larang.
Baca Juga:Pukul 00:21 WIB Kabupaten Kuningan Diguncang Gempa Bumi Tektonik DangkalStadion Watubelah Cirebon Sudah Habiskan Rp228 Miliar, dan Kini Masih Butuh Rp500 Miliar?
Ratu Pucuk Umun, yang memerintah kala itu, telah memeluk Islam dan memerintah bersama suaminya, Pangeran Santri, yang bergelar Ki Gedeng Sumedang.
Ketika kepemimpinan Ratu Pucuk Umun baru saja digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Angkawijaya, Kerajaan Pajajaran runtuh akibat serangan Kesultanan Banten.
Setelah itu, Kerajaan Sumedang Larang mendeklarasikan diri sebagai penerus Kerajaan Pajajaran yang berdaulat penuh.