Tragedi Kematian Mali: Kisah Kesepian Gajah yang Mengguncang Dunia

Tragedi Kematian Mali
Tragedi Kematian Mali (ist/wikipedia)
0 Komentar

sumedangekspres – Pada Selasa, 28 November 2023, dunia kehilangan salah satu gajah paling ikoniknya, Mali, di Kebun Binatang Manila. Vishwa Ma’ali, begitu Mali dikenal dengan nama lengkapnya, meninggal dunia pada usia 49 tahun, membuat para penggemar dan aktivis hak-hak binatang di seluruh dunia sangat sedih.

Kabar duka tersebut diungkapkan Wali Kota Manila, Honey Lacuna dalam video yang dibagikan di Facebook pada Senin, 4 November 2023. Mali, satu-satunya gajah di Filipina, telah menjadi daya tarik utama Kebun Binatang Manila selama hampir lima dekade.

Pemerintah Sri Lanka awalnya menghadiahkan Mali kepada mantan Ibu Negara Filipina Imelda Marcos pada tahun 1981 melalui perjalanan yang panjang dan kontroversial di kebun binatang tersebut.

Baca Juga:Jejak Kegelapan di Balik Kematian Anak Berkebutuhan Khusus di TasikmalayaGelar Pahlawan Nasional KH Abdul Chalim: Dampak Positif bagi Pejabat dan Masyarakat Majalengka

Kehidupan Mali di Kebun Binatang Manila dipenuhi dengan kesepian ketika teman gajahnya yang bernama Shiva, namun ia meninggal pada tahun 1990. Keberadaan Mali yang kesepian dan kondisi kehidupannya di kebun binatang menarik perhatian aktivis hak-hak binatang dan tokoh ternama salah satunya ialah Sir Paul McCartney.

Pada tahun 2012, Sir Paul McCartney, anggota penting grup Beatles yang legendaris, memulai protes terhadap kondisi kehidupan di Mali. Protes ini terulang pada tahun berikutnya, McCartney menuntut agar Mali dipindahkan ke suaka gajah, dengan alasan kehidupannya di Kebun Binatang Manila dianggap tidak masuk akal karena akomodasinya terlalu sempit dan isolasi yang menyiksanya.

Aktivis hak-hak hewan juga menyatakan keprihatinan mereka terhadap kesehatan Mali. Kehidupan gajah tersebut dikritik pada tahun-tahun terakhirnya karena tinggal di kandang beton yang dianggap tidak memadai oleh penjaga kebun binatang.

Sir Paul McCartney bahkan menyebut rekaman yang menunjukkan penderitaan Mali merupakan hal yang memilukan. Kematian Mali menimbulkan pertanyaan mengenai pemeliharaan gajah di kebun binatang dan perlunya reformasi perlindungan terhadap hewan yang ditangkap.

Otopsi yang dilakukan setelah kematiannya mengungkapkan bahwa Mali menderita kanker di banyak organ dan penyumbatan di aortanya.

PETA Asia mengutuk fasilitas Kebun Binatang Manila, menyalahkan ketidakpedulian dan keserakahan atas kematian tragis Mali.

Mereka mengatakan Mali mati dalam isolasi, suatu bentuk penyiksaan terhadap gajah betina, yang secara alami menghabiskan hidup mereka bersama gajah betina lainnya dan bekerja sama untuk membesarkan bayi mereka.

0 Komentar