sumedangekspres – Menjadi Calon Anggota Legislatif (Caleg) tidaklah mudah. Selain kebutuhan modal finansial yang tinggi, persiapan mental yang baik juga merupakan suatu keharusan.
Sayangnya, realitas politik seringkali mengkhawatirkan, dan banyak calon anggota legislatif menderita gangguan mental akibat tekanan berat karena tidak mendapatkan kursi.
Zaenal Abidin, pakar psikologi politik Universitas Padjajaran (UNPAD), mengungkapkan, menjadi calon anggota parlemen membutuhkan usaha yang tidak sedikit.
Aspek penting adalah persiapan finansial, yang seringkali membutuhkan biaya besar.
Baca Juga:KPU Terima Laporan dari PPATK Terkait Transaksi Janggal dalam Kampanye Pemilu 2024Ancaman Kekeringan dan Krisis Pangan: Tantangan Terbesar Bagi Indonesia sebagai Negara Agraris
Namun menariknya, banyak calon anggota parlemen yang cenderung melakukan persiapan dengan cara yang tidak konvensional, misalnya dengan meminjam dana dari pihak-pihak tertentu.
Hal ini menunjukkan seberapa besar tekanan finansial dapat mempengaruhi psikologis calon anggota legislatif.
Dari sisi psikologis, Zaenal menjelaskan, Caleg cenderung mempunyai ekspektasi tinggi terhadap hasil pemilu.
Jika ekspektasi tersebut tidak terwujud atau gagal, hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan tekanan psikologis yang signifikan.
Kegagalan ini seringkali menimbulkan akibat yang serius seperti stres dan depresi.
Untuk menghindari risiko tersebut, Zaenal menekankan pentingnya memiliki mental yang kuat, terutama saat menghadapi kenyataan bahwa masyarakat tidak memilihnya sebagai wakil mereka.
Menurutnya, Caleg perlu membangun ketahanan mental yang kokoh agar mampu menghadapi tekanan dan kekecewaan tanpa mengorbankan kesejahteraan jiwa mereka.
Baca Juga:Mengoptimalkan Stabilitas Harga Kebutuhan Pokok di Sumedang: Peran Caleg DPRD Jawa BaratKapolsek Ujungjaya AKP Adang Sobari: Korban Tenggelam di Bendung Cariang Tidak Bisa Berenang
Mental yang kuat bukan hanya menjadi kebutuhan saat kampanye, tetapi juga setelah pemilihan berlangsung.
Zaenal menyarankan agar Caleg yang tidak terpilih tidak terlalu terpaku pada kegagalan tersebut.
Sebaliknya, mereka perlu melihatnya sebagai peluang untuk belajar, tumbuh, dan berkontribusi di luar dunia politik formal.
Dalam mengakhiri pernyataannya, Zaenal menyimpulkan bahwa menjadi seorang Caleg tidak hanya memerlukan persiapan finansial, tetapi juga persiapan mental yang matang.
Hanya dengan keseimbangan keduanya, seorang Caleg dapat menghadapi setiap hasil pemilihan dengan sikap yang positif dan kesehatan mental yang tetap terjaga.***
Demikian merupakan artikel mengenai Tantangan Psikologis dan Mental Bagi Calon Anggota Legislatif (Caleg).
Berita tersebut sudah tayang di website Jabar Ekspres. Dengan judul “Banyak Caleg Stres Akibat Gagal Terpilih, Begini kata Ahli Psikologi Unpad“.